"Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu.
Badanku terhuyung ke depan, jatuh dipelukanmu. Mata terasa berat, seperti temaramnya senja dipenghujung sore.
"Karena aku tahu tidak ada harapan untukmu. Jadi, kuputuskan untuk mengikuti jejakmu."
"Apa kamu bodoh? Kau akan kehilangan seluruh ingatanmu tentangku." ucapmu, sedikit sebal.
"Iya aku bodoh karenamu," jawabku, singkat.
Berhentilah berpikir terlalu banyak! Tak perlu menghawatirkan bahwa kelak aku akan kehilangan ingatan tetangmu. Inilah jalan yang telah kupilih.
Menjadi apapun agar tetap berada di sisimu. Meski harus kehilangan semua ingatan.
Aku menatap kedua tanganmu yang terus menjerit pedih. Mengetahui bahwa segalanya akan sia-sia.
"Aku melakukan ini karena jika kau pergi bersama ketiadaan, aku dengan cepat mengikutimu. Rasanya kisah kita mirip dengan Romeo and Juliet. Tidakkah kau pikir ini romantis?" kataku, lembut.
"Kamu memang wanita yang egois," ucapmu, lirih.
Yah, aku memang egois. Rela kehilangan semua ingatan, agar bisa tetap di sisimu. Merasa matahariku telah lenyap dan berpikir bahwa kekosongan itu sungguh nyata.
Bersama akhir dari embus napasmu, kesendirian pun berlabuh. Rasa hampa mulai menyergap di malam-malam yang kuhabiskan tanpamu.
Kng tidak lqila dan majnun saja is 😂😂
BalasHapusItu kan aku. 🤣
Hapusbagusan arok dedes ^_^
BalasHapusJadi pingin baca kisah mereka
Hapusbagusan Marsha and the bear
BalasHapusAku penasaran siapa yang sakit sebenarnya
BalasHapus22 nya sakit mbak. Kisah nenek dan kakek
Hapus