Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Selasa, 31 Oktober 2017

Cinta dan Adat dalam Novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli




Novel Memang Jodoh ini ditulis oleh Marah Rusli yang terbit pertama kali pada tahun 2013. Novel Memang Jodoh adalah karya terakhir Marah Rusli, baru boleh diterbitkan setelah seluruh yang ada di dalam buku itu meninggal dunia. Dan harus menunggu setelah 50 tahun lamanya. Dalam novel Memang Jodoh ada tokoh utama yang bernama Hamli, yang tak lain adalah Marah Rusli sendiri pergi merantau untuk melanjutkan studi. Pada kisah di dalam novel Hamli gagal untuk pergi ke Belanda. Pada kisah yang sebenarnya, Marah Rusli juga tidak pernah pergi ke belanda. Hamli akhirnya pergi merantau ke Pulau Jawa demi ilmu, dalam perantauan Hamli bertemu jodohnya dan menentang adat istiadat keluarganya di Minang. Keputusannya untuk tidak menikah dengan bangsawan Padang dan menolak untuk berpoligami dengan bangsawan di Padang membuatnya dibuang oleh adat dan keluarganya. Novel ini memang semi autobiografi dari Marah Rusli sendiri, yang menceritakan perjalanann kisah asmara dengan gadis Sunda yang bernama Raden Putri Kencana. Cinta dan adat menjadi tema utama dalam novel ini.
            Dengan membaca novel Memang Jodoh, pembaca dapat mengetahui adat dan budaya yang tumbuh di dalam masyarakat Minangkabau.  Suku Minang atau Minangkabau adalah suku yang berasal dari Sumatera Barat. Suatu daerah yang menganut sistem dengan adat matrilineal yang kuat. Sistem kekerabatan matrilineal adalah sistem kekerabatan yang hubungan keluarganya didasarkan garis ibu. Garis keturunan dirujuk kepada ibu yang dikenal dengan Samande (se-ibu), sedangkan posisi ayah diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga.
            Kaum perempuan di Minangkabau dijuluki Bundo Kanduang karena memiliki kedudukan yang istimewa. Bagi laki-laki di Minang, perkawinan menjadi proses untuk masuk lingkungan baru, yakni pihak keluarga istrinya. Semua adat yang telah ditetapkan harus ditaati oleh semua masyarakat, karena pada dasarnya adat dapat juga dikatakan sebagai ketentuan atau hukum yang mengatur tata cara kehiduapan masyarakat.
            Sistem matrilinial yang dianut menyebabkan lelaki di Minang tidak memiliki hak untuk mendiami rumah gadang, tidak memiliki hak untuk menurunkan suku ke anak-anaknya, sehingga ketika lelaki Minang menikah dengan wanita selain Minang, secara adat dia tidak akan memperoleh gelar dan anaknya pun nantinya tidak akan memiliki suku, maksudnya adalah anak dan istri tidak akan dianggap secara adat. Seperti yang terdapat dalam novel Memang Jodoh, tokoh utama (Hamli) yang menikah dengan perempuan Sunda (Din Wati) tidak akan pernah diakui di dalam adat istiadat keluarga di Minangkabau. Hanya ada satu syarat jika laki-laki Minang ingin kembali diakui oleh adat dan keluarganya setelah menikahi wanita yang bukan orang Minang, yaitu pihak laki-laki menikah lagi dengan wanita Minang.
            Hal yang sangat menonjol pada novel Memang Jodoh karya Marah Rusli ini adalah adat yang sangat kuat di daerah Minangkabau. Saat ini masyarakat Minang memang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Marah Rusli mencoba untuk menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi yang membelenggu seperti adat perkawinan yang sangat kaku, adat perjodohan bahkan anjuran poligami dari keluarga di Padang.
Read More

Kamu

kamu?
kamu adalah sebuah cermin yang selalu ingin kupecahkan.
Mencintaimu, aku terlewat batas
Apa-apa melulu tentangmu. Mengerikan ...
 
Cukup!
Berhenti menatapku lamat-lamat,
bagimu aku hanyalah paradoks.
Kalau tidak,  apalagi?

Aku, bisa membunuh
Serupa pelampiasan rindu yang pelik meradang di dalam debar
Kaulah elegi yang tak kunjung ada habisnya. 

Atau, 
Karena kau adalah sebuah hal di luar batas kewajaran?
Semua itu,  apa penting untukmu?
Ah mati saja kau. Terkubur dalam-dalam
seperti diksi usang 
Read More

Minggu, 29 Oktober 2017

Arthur Conan Doyle dan Sang Detektif



Ada yang tahu, siapa itu Sir Arthur Conan Doyle? Penggemar Detective Conan pasti tahu siapa beliau.

Awalnya aku tak tahu menahu mengenai Sir Arthur Conan Doyle. Namanya muncul dalam seri anime Detective Conan yang aku sendiri lupa episode yang keberapa, sebagai seorang penulis biografi tokoh detektif yang sangat diidolakan oleh Conan, tokoh utama dalam anime Detective Conan. Jadi siapakah tokoh detektif yang ditulisnya itu? Dialah, Sherlock Holmes. Sebenarnya bukan hanya di seri Detective Conan saja, hampir di semua film/komik anime yang bertemakan Detective melibatkan nama Sherlock Holmes. Seperti di film anime Detective Qyu.

Sumber gambar : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bb/Conan_doyle.jpg/220px-Conan_doyle.jpg


           

            Sir Arthur Conan Doyle, lahir 22 Mei 1859 dan meninggal pada 7 Juni 1930 di usiaya yang ke 71. Doyle adalah seorang dokter lulusan Universitas Edinburgh dan sebelum membuka praktik di Southsea, Doyle pernah bekerja menjadi dokter di sebuah kapal yang berkeliling di seluruh dunia selama hampir satu tahun. Sejak duduk di bangku kuliah beliau sudah hobi menulis di jam-jam istirahatnya hingga ketika memiliki sebuah tempat praktik pun, beliau tetap menulis.
Sherlock Holmes adalah karakter tokoh yang ditulis oleh Conan Doyle pertama kali muncul pada tahun 1887, dipublikasikan pertama kali dalam Beeton’s Christmas Annual. Namun sosok Holmes belum terlalu terkenal di tahun itu, dan baru populer di tahun 1891 ketika dimuat dalam cerita pendek berseri. Ide menulis tentang seorang detektif yang bernama Sherlock Holmes ia dapatkan setelah melihat dosennya, Dr. Joseph Bell yang mampu mendiagnosis penyakit hanya dengan melihat pasien ketika memasuki kamar operasinya.
“Saya pikir saya akan mencoba untuk menulis cerita di mana sang pahlawan akan menyelesaikan kasus kriminal seperti Dr. Bell menangani penyakit," kata Doyle dalam sebuah wawancara pada 1927.

Novel “Sherlock Holmes” tidak serta merta terbit dan langsung terkenal. Sebelum tokoh detektif ciptaan Doyle itu di kenal layar lebar dan film-film anime,  ia  mengalami jatuh bangun setelah beberapa kali ditolak penerbit. Bahkan karyanya bisa terbit, laku beberapa, kemudian tak bergeming, hilang ditelan waktu. Baginya hal itu menjadi sebuah tantangan tersendiri. Tak membuatnya patah semangat, justru ia terus menulis tentang petualangan Holmes dalam memecahkan kasus dengan judul yang berbeda. Seperti, Penelusuran Benang Merah, Empat Pemburu Harta, Lippincott’s Monthly Magazine, Skandal di Bohemia, Kasus Batu Mazarin, Kapal Gloria Scott, Lembah Ketakutan, dan lain sebagainya.
“Jika kita membaca novel Sherlock Holmes, maka akan tahu apa yang ia ajarkan pada pikiran kita.” Itulah salah satu pendapat Andrew Lees yang memiliki karir kedokteran di University College Hospital London. Karna kebiasaan yang dilakukan oleh tokoh detektif ciptaan Doyle ini mirip dengan beberapa dokter hebat di Inggris. Salah satu contohnya yaitu membuat penilaian dari hal-hal yang paling kecil, maka hal-hal kecil itu akan menjadi petunjuk yang penting.
Sebuah pemikiran hebat berhasil Doyle ciptakan pada tokoh pahlawan fiksi di Inggris yang bernama Sherlock Holmes. Meski begitu, Doyle yang dikenal sebagai pria yang memiliki banyak ide sering sekali mengalami kebosanan, jika terkenal hanya karena tokoh Sherlock Holmes. Dia pernah berpikir bahwa tulisan-tulisannya yang lain lebih berbobot. Seperti novel berlatar belakang Perang Dunia I di Inggris, menulis buku tentang berbagai sejarah, dan masih banyak lagi tulisan hebat Doyle.
Read More

Hina;



Sumber gambar : https://cdn.pixabay.com/photo/2017/06/06/12/00/woman-2377068_960_720.jpg


Menderu menggebu dirundung asa
Tertunduk puan di batas cakrawala
menggema debar jantungnya. Menati ...
Dia menanti sebuah harapan
tapi harapan itu telah lama mati

Hujan datang menjamah, berkamuflase bersama air mata; Delusi
Kamu marah,
menyalahkan hujan.
Menyeru dan berhenti bersua. Terserahlah,

Waktu terus berjalan, kau anggap ia egois
dan kamu dengan bebasnya bermonolog
nyinyir sana-sini; gila

Puan, berhentilah menyalahkan hujan dan waktu
Lihatlah dirimu!
Ada sejuta hina terselip di lakumu
benar saja; tak salah jika harapan meninggalkanmu
Read More

Sabtu, 28 Oktober 2017

ANALOGI YANG SALAH



Sumber gambar : https://aafuadycom.files.wordpress.com/2017/06/azab.jpg?w=672&h=372&crop=1




Di balkon lantai 4 hotel tempatku menginap akan menjadi saksi perjumpaan yang menghadirkan sebuah titik hitam pada hatinya yang putih. Setitik hitam itu adalah kebencian.  Mungkin ini terdengar omong kosong, tapi akan kubuktikan itu dalam beberapa menit kedepan.
“Kenapa kamu tidak suka membaca, Ren? Bukankah membaca itu dapat menambah wawasan?” tanya Suci kepadaku.
“Aku sudah membaca banyak sekali buku. Kini, membaca jadi kegiatan yang sangat membosankan. Aku tidak menemukan sesuatu yang kucari di buku-buku yang kamu bilang dapat menambah wawasan.” tukasku, sinis.
“Lalu apa maksud dari tidak menemukan sesuatu yang kamu cari?” Ia mengerutkan dahinya, penasaran.
“Tidak ada kebenaran di dunia ini, bagiku. Manusia hanya menyukai kebahagiaan walau itu berasal dari ketidakjujuran. Munafik. Ah, sama, aku juga begitu.” Aku menghela napas, ada rasa malas menjawab pertanyaan itu.
“Apa sih yang kamu maksud?” tukasnya, sebal.
“Tidak ada manusia yang sempurna, kalaupun ada tentu bukan aku. Tidak mungkin manusia itu 100% jahat, dan tidak pula 100% baik. Termasuk aku dan dirimu. Buku-buku itu menghibur, juga menambah wawasan. Membuat yang tidak tahu menjadi tahu, baik perihal dunia maupun akhirat. Sekali lagi kukatakan, bukan itu yang kucari. Butuh sebuah proses dan waktu yang lama jika hanya mengandalkan bacaan-bacaan seperti itu, seperti menangkap angin menggunakan kedua tanganmu. Hah, bodoh.” Aku berhenti bicara sejenak, menyeruput kopi yang sudah tak panas lagi.
“Lalu??” tanyanya seolah masih tak puas dengan jawabanku.
“Aku ingin membaca buku yang paling di cari oleh manusia serakah di dunia ini.”
“Bu ... buku apa itu?” tanyanya, terbata. Aku melihat ada tumpukan rasa penasaran di penjuru bola matanya.
“Dalam eskatologi Islam, ada tangan kanan Tuhan yang tugasnya adalah mencatat amal manusia? Kau tahu? Yah, dialah Raqib dan Atid. Sebelum mati, aku ingin mencuri buku catatan milikNya yang dijaga oleh Raqib dan Atid, membacanya dan menghapus semua catatan merah dibuku itu, diam-diam akan kukembalikan lagi. Mati ... dan masuk surga.” Aku berhenti berkata, mengambil sebatang rokok dan menghisapnya. Kemudian melanjutkan ucapanku karena tak tahan melihat wajah penasaran gadis lugu yang kupacari ini.
“Aku yakin kamu pasti mengira bahwa aku sangat aneh dan serakah juga sangat buruk dalam mengartikan hidup ini. Memang iya. Serakah, telah bercampur dengan pembuluh arteri pulmonalis menuju paru-paru, menjadi sebuah napas yang kuhembuskan, dan meracuni udara. Saat manusia mengirupnya, ia akan terkontaminasi oleh serakah yang kuciptakan.” Aku tertawa begitu keras.
“Kamu bukan manusia!” Suci menamparku tiba-tiba. Tatapannya hampa, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, berharap apa yang kulakukan ini adalah kalap.
Memilih mengatakan sebuah analogi buruk kepadanya, agar dia membenciku. Alasannya cukup simpel, hanya tak ingin dia terkontaminasi keserakahan yang telah bertahta dalam hatiku.
Read More

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...