Sekelompok bintang yang menggantung seolah menertawakanku, "Apa kau yakin? Itu hanya sebuah pesawat kertas yang kapan pun bisa hancur."
"Karena bagiku, melindungi kerapuhannya adalah kebahagiaan. Cukup kau tahu, mendambakan kemegahanmu jauh lebih menyakitkan," sergahku.
Kugelengkan kepala dan menolak rayunya, sebab hati yang berserak ini telah jatuh pada pesawat kertas yang tersisihkan. Aku ingin menjadi payung untuk pesawat kertas itu, yang kemudian menyeka seluruh peluh rapuhnya.
"Ah, bodohnya. Apa kau tak takut pesawat kertas itu akan terbang terbawa oleh angin dan pergi jauh darimu? Kasihan sekali kau," ejeknya.
Ketahuilah, Pun seiring waktu yang terus berlalu, aku tetap akan mengizinkan dia tuk datang dengan atau tanpa adanya rindu.
#Sumber gambar : Google.com
0 komentar:
Posting Komentar