Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Kamis, 28 September 2017

CUKUP





Beginilah cara menjamu sang Malam. Kubawakan secangkir kopi hitam kesukaannya, kuajak ia bercengkrama.
Kurangkaikan diksi-diksi pada secarik kertas, lalu kubacakan dengan mesrah,
"Hai Malam,  rasanya baru kemarin aku singgah menyapa dan menemani harimu yang hampa." kataku.

"Mengapa kamu datang lagi? Bukankah semua orang takut dengan gelap?" ucapnya, sinis.

"Memang, dan aku sudah paham pun mengerti perihal kamu. Tapi bagiku kamu indah," rayuku, menggoda.

Malam selalu saja sendiri, aku takut jika kelak ia jenuh dan pergi.
Jika ia pergi, maka selamanya aku tak akan bisa menatap sang Bulan.
Aku benar-benar licik.
Demi menjaga sang Bulan, aku rela mendekati Malam yang tak pernah kucintai.

"Jika memang rasamu bukan untukku, jangan pernah lambungkan harapku," ucapnya lirih seolah akan menangis. "Aku di sini baik-baik saja. Tanpa kamu temani pun, aku tak akan pergi. Berbahagialah dengan pilihanmu, kuharap dia tidak merasakan sakitnya mencintaimu." Malam melanjutkan ucapannya. Mengejutkanku.

"Maaf, kita memang sesuatu yang tak mungkin. Maaf,  telah membuat getar hatimu melambung dan terabaikan." ucapku, egois.

Aku melangkah dan pergi. Ini adalah kali pertama Malam menangis. 
Dekapan sesak menghantamku.
Rasa bersalah ini ... ah sial, aku tak bisa lagi berkata-kata.

Sumber gambar : http://2.bp.blogspot.com/-bUrqhv9BeCU/VTtZ8ab42KI/AAAAAAAAFOk/76Ipi4MFE_E/s1600/tips%2Bfoto%2Bmalam%2Bhari.jpg

10 komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...