Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Rabu, 27 September 2017

Seperti Qais kepada Laila


 


Aku menutup buku favoritku yang baru saja selesai kubaca, ini adalah yang ke 1800 kalinya.  Aku yang sedang merenung berjam-jam lamanya di atap rumah, mendengar ocehan orang-orang di bawah sana. Mereka bilang malam ini langit dan benda-benda di sekitarnya nampak begitu indah, namun aku tak bisa melihat keindahannya. Tatapanku hampa. 

Pandangan pun mulai samar,
Bagaimana mungkin aku terus menunggu sosok yang telah meninggalkanku dua puluh tahun yang lalu,” gumamku dalam lamunan. “Bagaimana mungkin aku begitu tergila-gila layaknya Qais kepada Laila dalam cerita novel “Laila Majnun” yang telah kubaca lebih dari 1000 kali.”

“Kamu yang telah berhasil mengoyak hatiku, lihatlah! aku hancur sebab merindumu. Sembabku ini akibat terkikis karena terjaga. Terjaga dari semua lamunan tentangmu. Kembalilah sebelum aku benar-benar gila. Kembalilah sebelum aku benar-benar menjadi Qais yang gila karena Laila. Ah, Sial... Sepertinya aku memang bernasib sama dengan Qais.” Aku tertawa, sinis.

Telah begitu lama aku menahan rindu tentangmu. Hingga detik ini, aku masih mencintai sosok dirimu. Kau seolah menahanku, menjadikan pikiranku semakin keruh, setidaknya tinggallah lebih lama lagi. Dulu kau bilang, “Jangan menungguku, lupakan aku!”
“BEDEBAH!!!! Apa kau ingin membunuhku dengan kata-kata itu?” teriakku begitu keras hingga semua orang mencari-cari dari mana asal suara itu. Tanpa sadar, air mata mulai membanjiri pipiku.
Apa kau tahu? Bahwa dirimu telah mengakar begitu dalam di sudut hatiku. Rinduku kepadamu seperti candu, begitu nikmat.” aku terdiam lagi, dan kututup kalimat itu dengan 1 kata, “kurasa”
Waktu terasa berhenti dan aku masih di sini. Menunggu, terus saja menunggu. Sesekali aku berhayal, melihat bayanganmu menerobos imajiku. Bayangan itu, telah mendoktrin otakku. “Bersajak” hanya itu yang kini menjadi rutinitasku. Sekedar menyatukan aksara-aksara bernada, berharap kamu yang entah di mana mampu mendengarnya.
 
Inspirasi : Novel Laila Majnun 
Sumber gambar : https://hatefsvoice.files.wordpress.com/2011/02/images13.jpg

2 komentar:

  1. Sesekali, coba menulis dengan POV 3.
    Seperti materi minggu lalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak Her tak coba yg pakai POV 3 lain waktu. biasanya jumat mlm atau sabtu mlm nulis cerpen pak

      Hapus

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...