Hari
ini begitu melelahkan, ditambah lagi aku harus membereskan tumpukan buku usangku. Di
sela-sela kumerapikannya, ada secarcik kertas yang terselip di buku catatan
matematika semasa SMP. Melihat tulisan itu sekilas, senyumku merekah. Aku hela udara segar sejenak dan mencari tempat duduk
senyaman mungkin untuk kubaca tulisan ini.
Cinderella dan
Kisah dalam Mimpi
Aku hanyalah gadis biasa-biasa saja yang bermimpi untuk
menjadi Cinderella. Aku terus melangkahkan kakiku hanya untuk bertahan hidup,
sampai pangeran kan datang menjemput. Aku tak tahu apa yang terjadi sampai
pangeran itu datang kepadaku.
Terus saja menunggu...
Juga tak tahu bagaimana pangeran bisa menemukanku, kalau tak
kumiliki dua sepatu kaca. Apakah anganku ini hanya sebatas hayalan belaka? Apa
tak mungkin jika aku berharap pangeran kan datang menjemputku?
Di depan cermin aku menangis, “Kenapa bukan aku saja yang
menjadi Cinderella? Apakah semua itu karena tak kumiliki sepatu kaca?”
rintihku.
Untuk menjadi Cinderella, apakah aku harus mempunyai
sepatu kaca? Jika seperti itu, di mana aku bisa mendapatkannya?
Di dunia ini nggak ada peri yang bisa membantuku untuk
mendapatkan sepatu kaca dengan mudah. Lalu, ke mana harus kucari?
Apakah tak ada cara lain yang bisa mempertemukanku dengan pangeran?
Apakah tak ada cara lain yang bisa mempertemukanku dengan pangeran?
Aku terus berpikir, sampai akhirnya aku tak sadar telah
terbangun dari mimpiku.
Padahal hanya dalam mimpi, tapi aku tetap tak bisa
menjadi Cinderella.
Mungkin,,, aku ini hanyalah CINDERELLA yang kehilangan
dua sepatu kacanya.
27 November 2008
Membaca goresan pensil pada buku usang itu, aku tersipu
gemas. Mengingat bahwa aku pernah bermimpi menjadi Cinderella. “Bagaimana ekspresiku kala itu? Kala ketika aku
mencoret-coret buku matematikaku dengan tulisan dan angan-angan aneh." heran.
“Dari tulisan itu nampaknya aku sedang patah hati” gumamku,
lirih. Tiba-tiba aku terkenang kembali, menyadari rasa yang telah terbelenggu
sekian lamanya. Rindu akan kenangan itu kian beradu pada jauhnya rentan waktu.
Cintaku dulu hanyalah angan, bagaimana tidak? Aku saja tak pernah
mengungkapkannya. Karena aku tahu cintaku tak akan pernah mampu membahagiakan
orang itu. Hanya bisa mendoakan kebahagiaannya, dan terus berada didekatnya
membuatku menderita.
“Kembalinya ingatan pada
masa SMP-ku, sungguh naif”. Aku bukanlah yang dulu lagi.
Aku hanya ingin sejenak bermimpi masuk dalam dunia sendiri dan kenangan lama
akan tertutupi.Revisi. 25 September 2017 (Pukul. 11.56 WIB)
1. EBI perlu diperhatikan lagi. Tapi gpp, ini akan terbiasa dengan sendirinya nanti, Is.
BalasHapus2. Dosa penulis pemula: banyak serangan virus "KU" dan "AKU" dalam satu paragrap.
Selebihnya, keren. Idenya menarik!
Folback saya juga di:
dloverheruwidayanto.blogspot.co.id
Iya pak her, kemarin juga simpang siur mau nerbitin tulisan ini. Banyak yg bikin canggung. Tp ndak pp tak terbitin aja. Biar bisa lbh baik lagi nanti. Makasih pak her 😊
Hapus