Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Sabtu, 06 Januari 2018

Dikritik itu ... Rasanya ...



Detik-detik berakhirnya kelas Fiksi ... emmm kenapa pakai ‘detik-detik’, ya? Kenapa nggak pakai jam-jam atau hari-hari? Hemm alasannya cuma satu, biar lebih terasa debarannya. Entah debaran takut sebab terlalu singkatnya waktu, entah debaran bahagia. Eh, bahas apa sih ini kok malah nyeleneh ... (hehe maaf-maaf).

Setelah berakhirnya group besar ODOP, kelas dibagi menjadi dua, yaitu fiksi dan nonfiksi. Sebagian teman ada yang bingung memilih hendak masuk ke kelas mana. Ada juga yang langsung mantep milih kelas, salah satunya adalah aku. Sadar diri karena tak begitu mahir menulis nonfiksi jadi langsung saja tancap gas menuju kelas fiksi. Bukan berarti aku telah mahir menulis fiksi, masih dan masih perlu banyak belajar.

Setelah masuk di kelas fiksi, aku jadi tahu lebih banyak lagi hal-hal baru. Apalagi saat BW (jalan-jalan ke blog teman-teman dan meninggalkan komentar). Tantangannya juga keren-keren, dan semuanya hal baru. Awalnya sedikit mudah, hanya menulis cerpen tentang keseharian. Tapi, lama-lama? Ah, apalagi saat menuliskan tema “cinta pertama”, rasanya seperti tak sanggup saja. Hehe ngeri. Meski sedikit susah karena tak begitu menemukan feel, mau tak mau tetap harus menuliskannya. Ada lagi tantangan ketujuh, yaitu menulis cerpen bergenre sci-fi. Otak rasanya berputar-putar, sebab belum pernah menulis dengan menggunakan genre tersebut.

Materi swasunting (proses penyuntingan mandiri yang dilakukan penulis), jadi intinya tuh nggak boleh salah ketik, nggak boleh salah PUEBI-nya. Benar-benar harus baca berkali-kali. Tapi, meski sudah dibaca-baca lagi tetap saja ada yang salah. Dapat krisan dari mas Yoga melalui Ms. Word, keren bisa dikuliti seperti itu tulisanku. Sedih sih, tapi bukan karena krisan dari mas Yoga, melainkan karena masih saja ada yang lalai.

Dikritik itu asik, karena dengan begitu jadi tahu mana-mana yang harus dibenahi. Kalau masih ada penulis yang tak mau menerima kritikan, apalagi pemula sepertiku niih ... hemmm dia tidak akan pernah bisa maju. Selama mengikuti kelas cuma dua kali dikrisan, oleh mbak Wid dan mas Yog. Rasanya masih kurang, hehe. Semoga batch 5 nanti di kelas fiksi ada bedah tulisan seperti saat di group besar dulu. Kalau bisa sih dua hari sekali ada bedah tulisan.  πŸ˜€πŸ˜€

Oya, ada satu tantangan yang sepertinya sangat ingin kuterima, yaitu menulis cerita atau dongeng anak. Kenapa menunggu tantangan? Sebab kalau menulis sendiri rasanya susah. Beda kalau tantangan, mau tak mau meski susah tetap harus menulis. He he ...πŸ˜…

#Tantangan9Poin1
#OneDayOnePost
#Teman-teman ... terima kasih atas kerja samanya, juga bagi-bagi ilmunya. Dan teruntuk para pemateri, terima kasih banyak atas semuanya. Tak tahu harus dengan apa membalasnya. Terima kasih telah menyempatkan waktunya untuk meyiapkan materi, dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan dari kami, para anggota di group fiksi. Semoga semua kebaikannya mendapat balasan dariNya. Duh, kayak mau pisahan aja sih nih ucapan. πŸ˜„πŸ˜„

1 komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...