“Ken, titik koordinat yang kauambil
salah? Kau ...” teriak Leo, wajahnya panik.
“Aku sudah berusaha. Tapi sistem tak
bereaksi dengan titik koordinat yang telah ditentukan sebelumnya. Lihatlah,
hasilnya negatif!” sanggah Ken, tatapannya fokus di depan sistem komputer otomatis.
Berusaha mengotak-atik, dan mencari tahu penyebab kesalahan titik koordinat.
“Tenanglah teman-teman, kita harus
kompak jika tak ingin mati di sini,” sahut Ronne, sedikit menyembunyikan rasa
paniknya.
“Ronne, Ken, Leo, sepertinya pesawat FR21
kita mengalami kerusakan pada sistem otomatisnya. Kita harus berhenti di salah
satu pelanet terdekat. Venus paling dekat dengan Bumi. Tapi mustahil, titik
koordinat tidak mengarah ke sana. Mars adalah satu-satunya harapan kita, jarak
rata-rata Mars dengan Bumi kurang lebih 225 juta kilometer. Meski Mars adalah
planet terdekat kedua setelah Venus, jarak antara Mars dan Bumi selalu
berubah-ubah. Ketika Mars berada pada titik perihelion1
dan Bumi berada pada titik aphelion2
maka akan sangat menguntungkan kita karena jarak Bumi dengan Mars hanya 54,6
juta kilometer. Tapi itu mustahil, belum pernah terjadi dalam sejarah. Seorang
Astronot akan benar-benar terkubur di Antariksa jika berharap pada
keberuntungan.” Kapten Alex terdiam sejenak. Fokus pada sistem canggih yang di
jalankan oleh Ken dan Leo. “Ronne tolong cek, berapa jarak kita saat ini dengan
Mars? Ken, Leo pertahankan sistem mesin kemudi agar tidak menabrak benda-benda
luar angkasa!” perintah Kapten Alex, mengambil alih.
“Siap kapten!” jawab Leo, Ken, dan
Ronne, serentak.
Mereka sangat fokus dengan tugas
masing-masing. Kapten Alex terus berpikir jalan keluar menuju permasalahan yang
sedang dialami bersama para prajurit astronotnya.
Tatapan Ronne berubah, ia tersenyum
tipis, “Kapten Alex, sepertinya kita sedang beruntung. Ini benar-benar di luar
dugaan, kita berada di titik terdekat. Dari Bumi, kita akan memerlukan waktu
942 jam sama dengan 39 hari. Namun, diposisi kita saat ini hanya butuh ...”
“Lima hari. Yah ... kita hanya butuh
lima hari untuk sampai di Mars,” ucap Kapten Alex, memotong. “Semua, persiapkan
diri kalian! Kita akan singgah di Mars dan menunda perjalanan menuju Jupiter.
Kita akan kembali ke Bumi jika berhasil mengoperasikan kembali titik koordinat.
Karena sangat berbahaya menuju Jupiter dengan kondisi FR21 saat ini,” lanjut
Kapten Alex.
Hening, menggigil dalam sesak. Sebuah
rasa yang terpaut dimensi ruang dan waktu terus merajalela di benak Sang Kapten.
Meski begitu, wajah Kapten Alex tetap tenang, agar timnya bisa fokus dalam menjalankan
tugas tanpa memikirkan kegagalan yang kemungkinan besar terjadi. Galaksi
benar-benar indah, juga sangat menakutkan.
“Teman-teman tetap fokus, kita harus
menjauh jika mendeteksi sinar X. Perasaanku sungguh tak enak,” ucap Ronne, penuh
khawatir.
“Sinar X? Maksudmu, sinar X energi
tinggi dari lubang hitam supermasif?” tanya Leo, memastikan.
“Ronne benar, kita harus tetap fokus. Lubang
hitam itu akan menyedot semua materi yang ada di sekitarnya, berhati-hatilah!” Kapten
Alex menegaskan.
Jarum jam terus berputar, waktu terasa sangat
lama. Galaksi saat itu benar-benar mengerikan. Ketakutan menyeret dalam
keheningan malam yang berkepanjangan. Langit terus menampakkan pekat. Biasan cahaya
warna-warni memperindah, menyita halusinasi untuk berimajinasi. Setidaknya
keindahan itu sedikit menjadi pelipur dalam keresahan.
Kapten Alex mengerutkan dahi, “Kalian
dengar suara ini?” Hening. Ronne, Leo, dan Ken, nampak serius. Mereka berhenti
sejenak dari apa yang mereka kerjakan. Membuka telinga dan berusaha
mendengarkan suara yang dimaksud oleh kaptennya.
“Ah, sial ... komet! Itu komet!” Kapten
Alex menyadari kedatangan komet.
“Kapten, dalam beberapa menit komet akan
berjatuhan dari koordinat titik XY. Tentu saja kita tak bisa menghindar!” Ronne
menghela napas panjang, dirinya telah menyerah. Tak ada harapan.
Kapten Alex mencoba tetap tenang. Ia
tahu kondisi ini benar-benar buruk, “Ronne, Leo, Ken, bersiaplah! Sepertinya Antariksa
akan menjadi kuburan kita.”
Catatan:
1. Perihelion
= Mars berada pada titik terdekatnya Matahari.
2. Aphelion = Bumi
berada pada titik terjauh.
3. Sumber gambar = google.com
#Tantangan7
#poin1
#EksplorasiLuarAngkasa
Kereeen
BalasHapusBaru baca. Super keren nih...
BalasHapus