Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Senin, 01 Januari 2018

FR21






“Ken, titik koordinat yang kauambil salah? Kau ...” teriak Leo, wajahnya panik.

“Aku sudah berusaha. Tapi sistem tak bereaksi dengan titik koordinat yang telah ditentukan sebelumnya. Lihatlah, hasilnya negatif!” sanggah Ken, tatapannya fokus di depan sistem komputer otomatis. Berusaha mengotak-atik, dan mencari tahu penyebab kesalahan titik koordinat.

“Tenanglah teman-teman, kita harus kompak jika tak ingin mati di sini,” sahut Ronne, sedikit menyembunyikan rasa paniknya.

“Ronne, Ken, Leo, sepertinya pesawat FR21 kita mengalami kerusakan pada sistem otomatisnya. Kita harus berhenti di salah satu pelanet terdekat. Venus paling dekat dengan Bumi. Tapi mustahil, titik koordinat tidak mengarah ke sana. Mars adalah satu-satunya harapan kita, jarak rata-rata Mars dengan Bumi kurang lebih 225 juta kilometer. Meski Mars adalah planet terdekat kedua setelah Venus, jarak antara Mars dan Bumi selalu berubah-ubah. Ketika Mars berada pada titik perihelion1 dan Bumi berada pada titik aphelion2 maka akan sangat menguntungkan kita karena jarak Bumi dengan Mars hanya 54,6 juta kilometer. Tapi itu mustahil, belum pernah terjadi dalam sejarah. Seorang Astronot akan benar-benar terkubur di Antariksa jika berharap pada keberuntungan.” Kapten Alex terdiam sejenak. Fokus pada sistem canggih yang di jalankan oleh Ken dan Leo. “Ronne tolong cek, berapa jarak kita saat ini dengan Mars? Ken, Leo pertahankan sistem mesin kemudi agar tidak menabrak benda-benda luar angkasa!” perintah Kapten Alex, mengambil alih.

“Siap kapten!” jawab Leo, Ken, dan Ronne, serentak.

Mereka sangat fokus dengan tugas masing-masing. Kapten Alex terus berpikir jalan keluar menuju permasalahan yang sedang dialami bersama para prajurit astronotnya.

Tatapan Ronne berubah, ia tersenyum tipis, “Kapten Alex, sepertinya kita sedang beruntung. Ini benar-benar di luar dugaan, kita berada di titik terdekat. Dari Bumi, kita akan memerlukan waktu 942 jam sama dengan 39 hari. Namun, diposisi kita saat ini hanya butuh ...”

“Lima hari. Yah ... kita hanya butuh lima hari untuk sampai di Mars,” ucap Kapten Alex, memotong. “Semua, persiapkan diri kalian! Kita akan singgah di Mars dan menunda perjalanan menuju Jupiter. Kita akan kembali ke Bumi jika berhasil mengoperasikan kembali titik koordinat. Karena sangat berbahaya menuju Jupiter dengan kondisi FR21 saat ini,” lanjut Kapten Alex.

Hening, menggigil dalam sesak. Sebuah rasa yang terpaut dimensi ruang dan waktu terus merajalela di benak Sang Kapten. Meski begitu, wajah Kapten Alex tetap tenang, agar timnya bisa fokus dalam menjalankan tugas tanpa memikirkan kegagalan yang kemungkinan besar terjadi. Galaksi benar-benar indah, juga sangat menakutkan.

“Teman-teman tetap fokus, kita harus menjauh jika mendeteksi sinar X. Perasaanku sungguh tak enak,” ucap Ronne, penuh khawatir.

“Sinar X? Maksudmu, sinar X energi tinggi dari lubang hitam supermasif?” tanya Leo, memastikan.

“Ronne benar, kita harus tetap fokus. Lubang hitam itu akan menyedot semua materi yang ada di sekitarnya, berhati-hatilah!” Kapten Alex menegaskan.

Jarum jam terus berputar, waktu terasa sangat lama. Galaksi saat itu benar-benar mengerikan. Ketakutan menyeret dalam keheningan malam yang berkepanjangan. Langit terus menampakkan pekat. Biasan cahaya warna-warni memperindah, menyita halusinasi untuk berimajinasi. Setidaknya keindahan itu sedikit menjadi pelipur dalam keresahan.

Kapten Alex mengerutkan dahi, “Kalian dengar suara ini?” Hening. Ronne, Leo, dan Ken, nampak serius. Mereka berhenti sejenak dari apa yang mereka kerjakan. Membuka telinga dan berusaha mendengarkan suara yang dimaksud oleh kaptennya.

“Ah, sial ... komet! Itu komet!” Kapten Alex menyadari kedatangan komet.



“Kapten, dalam beberapa menit komet akan berjatuhan dari koordinat titik XY. Tentu saja kita tak bisa menghindar!” Ronne menghela napas panjang, dirinya telah menyerah. Tak ada harapan.

Kapten Alex mencoba tetap tenang. Ia tahu kondisi ini benar-benar buruk, “Ronne, Leo, Ken, bersiaplah! Sepertinya Antariksa akan menjadi kuburan kita.”


Catatan:
1.  Perihelion = Mars berada pada titik terdekatnya Matahari.
2.  Aphelion = Bumi berada pada titik terjauh.
3. Sumber gambar = google.com


#Tantangan7
#poin1
#EksplorasiLuarAngkasa

2 komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...