Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Minggu, 21 Januari 2018

Pendongeng Malam




Sumber gambar : https://i.pinimg.com

Aku si pendogeng malam. Pecinta hujan. Pembenci senja serupa jingga. Pembawa mimpi buruk kesemuan. Berjalan mengendap ke lorong-lorong hati yang bercelah. Menelanjangi siang, menciptakan malam tanpa batas. Bagai delusi.

Cobalah untuk temaram bersama asa dan terpuruk dalam gelisah. Maka aku, si pendongeng malam akan datang membelenggu jiwa ke dalam delusi rajutanku bak gempa yang mengguncang denyutmu. Merobek-robek mimpi, menjerat lelap bagai penjara dalam gelap.

Akulah si pendongeng malam, sebuah ruh terkutuk. Menapak jejak seorang diri. Terjaga lebih dari seribu malam bersama sunyi. Melumat waktu merenggut kehidupan. Sekali kauterjerat, maka selamanya dongeng malam penuh kegelapan akan meyelimuti hatimu. Sebagaimana para kecoa yang tak dibiarkan hidup setelah tertangkap mata para manusia.

“Lis, Lis, Lisana, apa yang terjadi padamu, Lis?” Wajah Henry terheran bercampur bingung.

“Entahlah, sepertinya aku mulai gila.” Tatapannya kosong.

“Lis, kenapa kamu jadi seperti ini? Ceritalah kepadaku!” Wajah Henry terlihat pucat. Tangannya menyentuh pipi Lisana.

Lisana terbangun dari lamunannya, “Henry, aku takut, aku sangat takut. Setiap malam, suara-suara aneh terus mengusikku. Seakan mendongeng, kemudian menjeratku dalam ilusi. Seorang diri, gelap dan begitu dingin. Kumohon selamatkan aku!” Dia menangis sejadi-jadinya.

Percuma, tak ada yang bisa lepas dari dongeng malam yang kuciptakan. Menyerahlah! Serahkan jiwamu kepadaku.

 #9thDay
#Gempa-kecoa-Jingga
#30DWC
#FlashFiction
#OneDayOnePost

9 komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...