Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Jumat, 12 Januari 2018

Rasa



“Satu, dua, tiga ... ayo bangun! Jatuh itu memang sakit, tapi tak boleh membuatmu terpuruk.” Begitulah yang selalu ayah katakan kepadaku.

“Itukan, kata-kata yang paling disukai ayahmu?” tanya seorang sahabat karib.

“Kau benar, sebelum beliau meninggalkanku untuk selamanya, beliau berpesan seperti itu." Nada bicaraku sedikit gusar.

Beginilah hidup, tak mungkin jika melulu baik. Kadang kita akan menjumpai rasa sakit yang bertubi-tubi. Dengan sengaja kutanam apa pun perihal rasa sakit yang pernah terjadi. Bukan untuk apa-apa, hanya sekadar ingin mengingat kuasaNya.

“Husss ... kenapa kau jadi melamun?” gertak sahabat karibku memecah suasana.

“Eh ... sorry, sorry” kataku.

Padahal aku yang mengajaknya keluar untuk menikmati kopi panas di tengah dinginnya dunia. Malah aku sendiri yang tak kuat menahan rasa haru dan kenang tatkala hujan turun.

Sore masih menyisakan beberapa jam lagi hingga senja tiba dan habis dilumat sang malam. Tapi senja tak mungkin datang, sebab hujan telah merajai. Perihal kenangan di dalam dada yang entah mengapa seringkali tak terkendali. Aku hanya bisa menyeringai lembut, sembari perlahan menuliskannya. Entah itu kenangan sakit ataupun bahagia.

“Lisa, kenapa kamu menolak lamarannya?” tanya sahabatku tiba-tiba, sembari ia menyeruput kopi panasnya yang telah berubah jadi hangat.

“Karena aku terlalu licik, terlalu takut dengan sakit. Meski pesan ayah berkali-kali mendongkrak keterpurukanku, lagi-lagi dibuat kontroversi di dalam hati. Bingung juga ... ah entahlah” jawabku, santai.

Ana, sahabatku itu tampaknya kesal mendengar jawaban tak logis dariku. Ia mengerutkan dahinya, bibirnya sedikit manyun. “Kau ini, jangan menjawabnya dengan santai begitu, Lis.”

Begitu banyak tanya yang menanti jawaban logisku. Terlepas dari banyaknya celotehan-celotehan itu, mereka tak pernah tahu apa yang selama ini kurasakan. Hanya senyuman yang bisa terlontar untuk sekadar menutupi segala hal yang ingin terus bersembunyi. Diam-diam menutup mata, menutup telinga, tak acuh akan dentingan sekitar. Apa dengan begitu aku bisa bertahan? Sepertinya tidak, karena semua itu dapat membekukan hati dan sikap.

#Days1
#30DWC
#OneDayOnePost

3 komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...