Sumber gambar : https://i1.wp.com/
Berbalut kerudung panjang, berbusana
muslimah, lembut dalam berkata, sopan dalam berlaku. Dia yang sedang duduk di
kursi panjang, tersenyum manis menatap buku bacaannya. Menambah indah taman bunga
ini. Enam puluh dua menit berlalu,
sedang aku masih saja diam-diam mencuri pandang. Hatiku begitu riuh seperti kesurupan, berjingkrak mengudara. Biarlah
embusan dersik, napas yang tengah berbaur dengan udara, dan Tuhan yang
mengetahui tentang apa yang kurasa.
Dewi Mar’atus Shalihah, nama yang hingga
kini tak henti kusebut dalam doa. Meski belum pantas untuk menyatakan hal ihwalku,
tapi sungguh perasaan ini tak akan berujung pada permainan semata. Rasa yang
merambat, kemudian melumat habis nurani. Mengitari semesta dalam diri. Ah, mungkin aku terlalu berlebihan
menggambarkannya.
“Assalamualaikum,
Ali.”
“Wa’alaikumsalam.”
Suara seseorang yang tak asing menyentakku dari lamunan indah. “Eh, Fatih ...
kenapa kamu ada di sini?” lanjutku.
“Aku kemari sebab rasa ingin tahu,”
jawabnya sembari cengar-cengir tak jelas.
“Ingin tahu? Tentang?” tanyaku,
penasaran.
“Tentang seorang bidadari yang singgah
di taman ini setiap Sabtu dan Minggu sore untuk membaca buku.” Tangannya menunjuk
ke arah wanita yang sedari tadi menjadi tema dalam lamunanku. “Dia, wanita yang
akan mejadi istriku. Kau tahu? Aku telah jatuh cinta padanya sejak pertama kali
berjumpa. Aku lekas mengkhitbahnya sebelum keduluan orang
lain. Memang mendadak, tapi aku sangat bersyukur karena dia dan keluarganya menerimaku
dengan senang hati. Tentu saja aku tak mau berlama-lama, bulan depan kami akan
menikah. Karena kamu adalah sahabat baikku, jadi kuceritakan kisah mendadak
yang romantis ini,” terangnya.
Apa yang Fatih terangkan tadi terasa begitu
panjang, membosankan hingga ingin sekali kuhentikan waktu. Kata-katanya bagai
sumpah serapah, menguliti nurani hingga ke dasarnya. Mengganti puisi menjadi
elegi. Menggeser memoar hingga temaram. Ah
sudahlah, intinya itu aku sakit hati. Sekarang bagaimana caranya bertahan
hidup, jika napas telah direnggut.
#6thDay
#30DWC
#Enam-kesurupan
#OneDayOnePost
#6thDay
#30DWC
#Enam-kesurupan
#OneDayOnePost
Ah, kenapa hanya memandang saja? Ah, sudahlah ... :)
BalasHapusOooh sakit hati
BalasHapusJatuh cinta pada gadis yang sama?
pendek, tapi hati seperti tersayat jarum yang abis masuk ke rebusan sayur :(
BalasHapusTidak sendiri mengalami itu, banyak yang masih mengamati atau menyiapkan amunisi tapi tiba2 sasaran direnggut orang. Maka judulnya belum berjodoh....
BalasHapusNgenes ending.. sabar ya mas ali.. semoga segera bertemu dengan dewi yang lain.. 😀
BalasHapusJika memang berjodoh, pasti dipertemukan. Jika bukan, maka akan dipertemukan dengan yang lain kok ...
BalasHapus