Sumber gambar : pinterest
Sampailah aku di ujung jalan yang menyayat.
Patah, karam, atmaku dilumat waktu. Hancur, tanpa ampun. Ah, sungguh tragis. Berharap
tetap tegak. Mampukah? Aku selalu terperanjat, ketika menatap mereka yang mampu
bersembunyi dari hal ihwal, mereka yang mengembara tanpa beban. Aku hanya
menyerana tak jelas. Tersegel dalam ilusi yang mengikat.
Gelap, kelam, silam, aku
terkatung-katung di dalamnya. Terpaku oleh usangnya masa lalu yang terpantul
tanpa menyisakan belas kasih. Aku harus apa? Tolonglah! Datang dan beri sedikit
kekuatan. Ingin berdiri tegak pada pendirian, tapi mana bisa? Harapan saja tak berpihak
padaku. Lihat ... ! Bahkan, cahaya juga ikut mencerca dalam lirih, datang
bersilir-silir menerobos udara hingga sampai ke telinga. Kejam!
Lalu? Apalah arti hidupku jika begini? Raga
terasa kelu. Semakin patah, terbengkelai di ruang vakum. Tak perlu kauberi
makan aku, pasti hidup pun tetap berlanjut. Cukup beri sedikit harapan. Sedikit
saja, tak masalah.
Harapan
memberontak, menjauh meninggalkan kata “kita”. Terpisah menjadi dua kata, “aku
dan kamu”
Berusaha menggapai, hingga akhirnya aku
menemukanmu. Menemukan sedikit harapan. Kudekati lalu menyapanya. Tapi,
lagi-lagi kausedang berpaling.
Lalu? Untuk apa aku hidup?
“Abel, bangun! Sampai kapan kamu mau
tidur?” Teriakan seseorang membangunkanku.
“Ah, Syifa? Ternyata kamu? Syukurlah
ternyata aku hanya bermimpi?” tangan kananku mengelus dada, merasa lega.
“Mimpi apa kamu sampai nangis gitu?”
tanya Syifa, penasaran.
“Mimpi hidupku berada dalam fase klimaks,”
jawabku. Gelisah masih melambai-lambai bahkan setelah kuterbangun.
“Hah ... apa?” tanya Syifa, tak paham
dengan apa yang kukatakan.
“Entahlah ...” Aku diam sejenak, berasa
dibuat bingung oleh sang mimpi. Mengusap-usap kedua mata, “Eh, bukannya kamu mau
nraktir aku makan, ya?” lanjutku, mengalihkan pembicaraan.
“Iya, tapi kamu malah tidur.” Sahabatku
ini mengernyitkan dahi, bibirnya manyun. Membuat pipi tembemnya semakin
terlihat mirip bakpau.
Lalu, Apa arti hidup sesungguhnya?
BalasHapusKontemplasi dalam cerpen 😍
BalasHapusharuskah aku hidup hanya untuk cinta ?
BalasHapus