Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Senin, 18 Desember 2017

Harga Sebuah Kenangan



Sumber gambar : https://i0.wp.com/


“Berapa sih harga sebuah kenangan itu? Biar kubeli,” Mataku terbelalak, binarnya tajam menatap ke arahmu. 

Kamu diam sejenak, mengernyitkan dahi, memainkan mata, menatap ke atas, bawah, kanan, dan kiri.
“Hmmm, ya tergantung,” jawabmu, singkat.
“Kamu, apaan sih, serius dong kalau jawab,” tanyaku lagi, tak puas.

Kamu menatap tajam, jarak tatapan kita hanya dua jangkal. Seperti sengaja memamerkan wajah tampanmu, atau bisa jadi hanya ingin menggodaku. Tolong hentikan! Aku benar-benar tak kuasa melihat bola mata teduh itu. Sangat menggoda, ingin sekali tinggal di dalamnya.

Aku benar-benar takluk, malu.
Pertanyaan yang tadi dengan gencar kulontarkan, kini enyah terlupakan, kalah dengan sikapmu.

“Aku suka kamu,” katamu, singkat dan tiba-tiba. Pipiku merona, seperti senja yang baru saja dilahap pekat. Apaan sih laki-laki ini, tiba-tiba bicara seperti itu, padahal bukan itu yang aku tanyakan.

Tiga menit kita habiskan sia-sia dalam lengang. Aku mematung, sedang kamu asik menikmati coklat panas buatanku. Yah, di sabtu malam ini tiba-tiba kamu datang tanpa izin. Muncul di depan pintu dengan tubuh basah yang habis dijamah hujan. Rambut legammu meneteskan air, ingin sekali menggapai dan menyentuhnya.

“Untuk apa kamu datang? Jika pada akhirnya kamu hanya ingin membatalkan pernikahan kita.” Aku merunduk, hati ini terasa rubuh bersama gerimis yang kian meninggalkan jejak asa. Terdiam sejenak, menghela napas panjang, berusaha menahan air mata, “Datang dan berbicara perihal kenangan yang ingin kauciptakan meski hanya dalam sehari. Saat kutanya tentang harga sebuah kenangan kaumalah diam saja. Apa maksudmu? Melambungkan hatiku, lalu menjatuhkannya. Aku bukan hujan, yang akan kembali lagi meski jatuh berkali-kali.”

“Kenangan itu ada yang berarti dan ada yang tidak. Saat ini, kenangan yang ingin kuciptakan hanya dalam sehari bersamamu, sangat berharga bagiku, tak ternilai seberapa pun harganya. Karena esok, aku tak akan bisa melihatmu lagi. Aku akan menikah dengan wanita pilihan keluarga. Tak mau membuat ibuku sakit lagi karena melawan titahnya. Malam ini, hanya ingin bertemu dan menatapmu sedikit lebih lama. Tolong izinkan!” Tatapan teduhmu menitikkan air mata, menerjang luka yang terselip di dalam dada. Bibirku kelu, resah datang mengendap-endap, menggerayangi malam sabtu ini.

“Lakukan sesukamu!” Aku pasrah, karena aku bukan siapa-siapa. Hanya wanita yang ingin menjadi istri orang yang kucintai. Kita ini hanyalah kisah tragedi. Tapi ... ah sudahlah.




2 komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...