Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Sabtu, 23 Desember 2017

Penyihir (Part 1)

Sumber gambar : http://4.bp.blogspot.com/

Tatapanku lamat-lamat mulai hanyut diterkam penjelasan materi tentang kebudayaan. Gelap, seperti matahari yang kian jauh membelakangi punggung. Suara guru yang sedang memberi penjelasan  seperti dongeng pengantar tidur. Sebentar lagi mata akan temaram. Aku benar-benar mengantuk.

"Woi, Lail, Lail ... lihat itu! Kak Alan baru saja lewat. Haduh dia cakep banget, Lail." Suara berisik Luna menyentakku dari lamunan. Luna adalah sahabat baikku. Selain Luna, juga ada Ema dan Indah. Kami berempat kemana-mana selalu bersama dan saling terbuka satu sama lain. Saat ini kami duduk di bangku SMA kelas dua.

Luna adalah gadis yang sangat ceria, tak pernah patah semangat dan selalu tersenyum. Meski begitu, Luna mudah sekali menangis. Kadang sifat konyolnya membuat ia begitu mudah akrab dan disukai banyak teman. Sifatnya tak jauh berbeda dari Indah. Hanya saja, Indah tak cengeng. Sedangkan Ema adalah gadis pendiam, memiliki senyuman manis dan jarang sekali bicara, sesekali ia tersenyum karena kekonyolan Indah dan Luna. Suaranya sangat lembut, mirip tokoh Hinata di film Naruto.

Lalu bagaimana denganku? Penggila belajar, penyuka buku terutama komik dan sejarah. Jika dibanding yang lainnya, aku adalah tipe yang sangat membosankan. Tidak begitu terbuka, juga lebih suka membaca daripada bergurau.

"Ah kamu mengagetkanku saja, Lun. Lagi-lagi Kak Alan." Aku yang telah sadar dari lamunan, kembali lagi menghadap ke depan. Memperhatikan guru yang sedari tadi mendongeng.

Tepat pukul sepuluh lebih sepuluh menit, bel tanda istirahat berbunyi. Kami berempat ke kantin bersama, saling berbagi candaan dan cerita. Mungkin, hanya aku saja yang tak punya bahan  untuk diceritakan.

"Kalau kamu suka, tembak aja Kak Alan itu. Nih seperti cerita di komik ini, rata-rata yang nembak adalah cewek, hehe" kataku, sembari menyodorkan komik anime remaja kesukaanku.

"Aku malu, Lail" jawab Luna, tak percaya diri.

"Ngapain malu? Kamu kan biasanya malu-maluin," tukas Indah memecah keseriusan. Kami semua serentak tertawa.

"Kak Alan itu tampan, putih, tatapannya dingin, jarang tersenyum. Pokoknya cool deh. Huh, mana mungkin aku diterima." Luna semakin tak percaya diri.

"Ayolah Lun, kamu pasti bisa! Coba dululah, kubantu deh. Nanti aku yang jadi perantara. Kalau kamu ndak mau nanti nyesel Lun, habis ini Kak Alan lulus." kataku, meyakinkan.

"Iya juga, ya. Habis ini Kak Alan kan lulus. Oke, kita coba ya." Luna sedikit yakin dan percaya diri. Sedangkan Ema dan Indah hanya tersenyum geli. Masih ragu untuk melangkah sampai ke tahap itu.

Kami membagi tugas, Ema dan Indah mencari info mengenai kebiasaan Kak Alan, sedangkan aku bertugas menjadi perantara surat. Selama satu minggu kami gencar mencari-cari informasi tentangnya, dan salah satu yang kami temukan adalah tentang hobi menggambarnya. Jemarinya begitu terampil hingga di mana pun  ia menggoreskan pensil, maka akan terbentuk gambar yang sangat indah.

Tahap demi tahap kami lakukan untuk menciptakan pertemuan Luna dan kak Alan, tapi selalu gagal. Akhirnya, kuputuskan untuk menemui kak Alan secara langsung dan memintanya untuk menunggu di taman mini dekat sekolah. Kami bertiga, aku, Luna dan kak Alan melakukan pertemuan di taman mini itu. Dengan keberanian yang sesekali membungkam, ia tetap maju dengan keyakinan hatinya. Perlahan, sepatah dua patah kata ternyatakan dari bibir Luna. Sungguh tatapanku fokus pada mereka berdua. Mungkin saat ini para burung yang berlalu-lalang sedang tertawa melihatku tercengang mematung.

***

Pagi ini sorot mata Luna begitu hangat. Aku, Indah, dan Ema sesekali menggodanya. Wajah Luna memerah, sangat manis. Luna bercerita kepada kami, nanti ia dan kak Alan akan bertemu di taman. Kami pun ikut bahagia. 

"Cieeee yang baru jadian," godaku.

Setelah bel masuk berbunyi, kami duduk tenang mengikuti pelajaran. Kulirik Luna yang sedang senyum-senyum sendiri memandang selembar kertas. Karena penasaran, aku mengambil kertas itu dari tangan Luna. Mataku terbelalak, melihat sebuah goresan pensil karya kak Alan.

Pukul empat belas lebih sepuluh aku menunggu, Luna belum juga keluar dari ruang guru. Padahal hari ini dia ada janji dengan kak Alan.

"Lail, tolong aku," teriak Luna, mengejutkanku. Napasnya tak beraturan, seperti habis dikejar anjing. Dia diam sejenak mengatur napas, lalu melanjutkan ucapannya, "Kak Alan uda nunggu di taman, sedangkan aku masih harus menghadap Bu Heni untuk mengikuti remidi matematika."

"Jadi maksudnya, kamu nyuruh aku nemuin Kak Alan? Yang bener aja. Aku kan bukan pacarnya," sergahku.

"Plisss ..." Tangan Luna menggapai lenganku, berharap aku membantunya.Matanya berkaca-kaca seperti mau menangis.

"Ya sudah sekarang aku ke taman, menemui Kak Alan dan menyampaikan bahwa kamu tak bisa datang karena ditahan Bu Heni. Jadi sekarang lepaskan lenganku, dan balik sana ke dalam. Gitu aja mau nangis." Karena tak tega, aku jadi menuruti permintaan Luna. Bergegas ke taman menemui kak Alan.

Sesampainya di taman, kulihat dia sedang duduk santai. Jemarinya sibuk dengan pensil dan buku gambar. Aku mendekatinya, mencuri pandang buku gambarnya karena penasaran. Tapi apa yang terjadi?  Dia terkejut, kemudian tatapan kami saling beradu. Ini kali pertamanya aku menatap kak Alan di jarak yang begitu dekat. Tatapannya begitu dingin, tapi menghangatkan. Sulit untuk menjelaskannya. Yang pasti, sungguh menawan.

Hanya beberapa detik saja, tatapannya telah kembali fokus pada apa yang sedang digambarnya. Sikapnya benar-benar dingin. Mungkin hal itulah yang selama ini membuat para gadis berlomba untuk mendekatinya. Tuhan tolong, aku tak boleh ikut terjerat oleh pacar sahabatku sendiri.

-bersambung-

#Tantangan 5 ODOP
#Cinta Pertama

2 komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...