Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Senin, 25 Desember 2017

Harapan di Tengah Hujan



Dingin dan sejuknya pagi ini benar-benar memikatku, menjerat, dan menggoda untuk tak beraktivitas. Matahari masih belum menampakkan diri sebab hujan masih ingin berlama-lama berbaur dengan bumi dan langit. Di beranda rumah, aku duduk santai sembari berdialog dalam diam bersama pena dan buku tulis. Di kursi panjang ruang tengah, ayah terlihat serius membaca koran, sesekali ia menyeruput kopi hitam kesukaannya.

Aku berdiri, mengambil payung, kemudian melangkah keluar rumah, berjalan di antara kerumunan hujan. Kuulurkan tangan, mencoba menjamah hujan. Dengan lembut, dingin datang menggenggam tangan.

Aku sangat menyukai hujan, meski tak ada kenangan di dalamnya. Pernah suatu ketika, kamu bertanya, “Kenapa suka hujan? Hayo ... ada kenangannya, ya?”

“Nggak ada, kok” jawabku, singkat.

“Ah, yang bener? Terus alasanya suka hujan apa?” tanyamu lagi, penasaran.

“Karena indah, hujan itu indah. Memangnya aku harus punya kenangan di saat hujan, baru boleh suka sama hujan?” jawabku, santai.

“Hemm ... iya juga, sih.” Kamu mengernyitkan alis. Memasang wajah sok imut. Setelah itu kamu berkata sesuatu yang membuatku tertawa geli. Ah ... sudahlah, itu hanya potongan ingatan yang telah usang.

Beberapa hari lagi aku akan berpisah dengan 2017, waktu berjalan begitu cepat. Jika tak kumainkan waktu dengan benar, ia akan menikam dengan kejam. Tak memberi ampun. Banyak hal telah terjadi di tahun 2017. Sedih, senang, kecewa, jatuh, hingga tersungkur. Semua itu masih berambai-ambai dalam ingatan.

Berharap di tahun depan, 2018, bisa lebih baik dari tahun ini. Bertemu kembali dengan bulan Ramadhan, mendengar dan melihat senyuman ayah dan ibu. Duh ... pasti pertanyaan “kapan nikah” akan semakin gencar di lontarkan ke arahku. Hehe.

“Lail, ngapain di situ? Sini, bantu Ibu memasak.” Teriak ibu dari pintu depan, membangunkanku dari lamunan.

“Ups ... siap komandan” jawabku, sedikit bercanda.


13 komentar:

  1. Beruntunglah orang2 yg masih bisa menikmati bermain di tengah tetes hujan.. aku udah gak bisa πŸ˜„

    BalasHapus
  2. jawab tuh, "kapan nikah?" hehehehe

    BalasHapus
  3. Eaaa pertanyaan yang bikin baper
    Kapan nikah? Ayo kapan mba?

    BalasHapus
  4. Ikutan nanya dong: "Lail... kapan nikah?"

    BalasHapus
  5. Ikutan juga ah, kapan nikah mba πŸ˜†πŸ™ˆ

    BalasHapus
  6. Semoga segera dipeetemukan dgn jodoh dan impiann-Nya

    BalasHapus
  7. Kalo ditanya kapan nikah, berarti yg nanya sayang dan perhatian sama kita, tapi kalo ditanya "kapan mati" waaah berarti sebaliknya hihi, semangat waeee 😊

    BalasHapus

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...