Judul
buku : Penari Kecil
Penulis : Sari Safitri Mohan
Tebal buku : 385 hlm.
Penerbit :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Penari
Kecil merupakan novel yang memasukkan benturan nilai-nilai
tradisional dengan nilai-nilai modern, cinta anak pada orang tua, dan unsur-unsur
kemanusiaan universal.
Ketika membaca judulnya, saya menduga
bahwa temanya adalah perjuangan seorang anak dengan cita-citanya menjadi
seorang penari, namun setelah membaca sampai tuntas ternyata banyak sekali
nilai-nilai yang disertakan dalam cerita tersebut. Kita akan dihadirkan dengan
sosok tokoh papa yang sangat galak, kolot, dan dengan ketat mempertahankan
ideologinya. Akan dihadirkan pula sosok tokoh aku sebagai anak cerdas bernama
Ira yang selalu mengikuti kata hatinya daripada menjadi anak penurut, baik
tentang impiannya maupun kisah cintanya.
“Sebetulnya akan lebih mudah bagiku untuk
menjadi anak penurut dan tunduk patuh pada segala macam aturan. Toh, seperti
kata Mama padaku, semua itu untuk kebaikanku. Namun ada sesuatu yang di dalam
tubuhku yang meminta untuk dibebaskan, yang minta selalu diberikan tempat untuk
bergerak sesuai keinginan hati ...”
Kutipan tersebut menunjukkan tokoh utama
dalam novel yang bernama Ira adalah tipe pemberontak, dalam arti lebih suka
mengikuti isi hatinya. Tokoh yang sangat haus akan kebebasan.
Ada juga tokoh bernama Intan, kakak
kandung Ira. Memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Ira. Intan adalah
seorang kakak yang sangat patuh, ia akan selalu berada di jalan yang lurus
sesuai dengan aturan-aturan sang papa.
“… aku kadang heran dengannya, Intan itu
sangat penurut dengan apapun yang menjadi sabda Papa …” (hal. 100). Dari
kutipan itu terbukti bahwa Intan adalah anak yang sangat patuh terhadap
aturan-aturan keluarganya.
Nah ini dia, tokoh yang berkali-kali
menimbulkan konflik, ialah tokoh papa. Seorang tokoh yang digambarkan memiliki
pendirian yang tegas dan berwatak keras.
“... Papa tidak setuju.’ Pendek dan
tajam menguras seluruh kepercayaanku sebelumnya. Orang tuaku itu memandangku lurus
dengan ketegasan yang tak goyah.” (hal. 342).
Tokoh keempat adalah mama. Penulis
menghadirkan tokoh mama dengan sikap yang sangat berlainan dengan tokoh papa.
“… berkali-kali terdengar suara Intan
meminta maaf dan berkali-kali pula terdengar kalimat Mama yang lembut
mengatakan ia telah memaafkan si sulung tercintanya ...”(hal. 160).
Sudut pandang yang digunakan oleh
pengarang adalah sudut pandang orang pertama. Hal tersebut dapat dilihat dari
bagaimana cara pengisahannya yang menggunakan kata “aku” dalam novel tersebut.
Tak ada pembahasan ke masa lalu, maka
jelas bahwa pengarang menyuguhkan cerita menggunakan alur maju, yaitu alur yang
ceritanya runtut dari awal cerita sampai akhir.
Dimulai dari pengenalan siapa Ira, Papa
Ira, Mama Ira, Intan. Lalu konflik muncul ketika Intan mengenalkan kekasihnya
pada keluarga, kemudian semakin memuncak ketika sang mama meninggal dunia dan
semakin memuncak ketika Ira memiliki kekasih seorang bule yang menurut papanya
itu sama sekali tidak benar karena bule tidak dapat menjadi seorang imam
keluarga. Hingga akhirnya sang papa wafat.
Novel Penari Kecil menyimpan banyak makna yang mendalam di tiap konflik
yang dimunculkan. Ajaran dan aturan yang keras dari orang tua dapatlah
dijadikan pelajaran bagi setiap pembacanya bahwa semua aturan-aturan yang dilimpahkan
orang tua kepada seorang anak memanglah mempunyai niat dan tujuan yang baik.
Patuh dan mencintai orang tua adalah gambaran dalam cerita novel Penari Kecil walaupun banyak segala
bentuk larangan dan aturan dari sang papa namun tetaplah ia sangat mencintai
anak-anaknya.
Seperti pada kutipan berikut, “... coba
lihat itu. Papamu itu sayang setengah mati sama Kakakmu. Dan nggak pernah
sekalipun ia tunjukkan. Itulah letak salahnya Papamu, yang ia tunjukkan cuma
marah-marahnya terus.” (hal. 147).
Menurut saya sebagai pembaca, Sari
Safitri Mohan benar-benar mampu membawa hati saya merasakan kerasanya perjuangan
tokoh aku. Konflik yang disuguhkan terasa begitu nyata bagi saya. Bagaimana
tidak, karena penghalang kebebasan dalam meraih mimpi tokoh aku, adalah papanya
sendiri. Ira terus mencari cara untuk memberontak tanpa harus menyakiti hati
sang papa. Dan yang lebih membuat saya takjub adalah ending yang disuguhkan penulis, benar-benar sangat jauh dari dugaan
saya sebagai pembaca.
0 komentar:
Posting Komentar