Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Rabu, 20 Desember 2017

Review Novel Penari Kecil Karya Sari Safitri Mohan




Judul buku       : Penari Kecil
Penulis             : Sari Safitri Mohan
Tebal buku       : 385 hlm.
Penerbit     : PT. Gramedia Pustaka Utama

Penari Kecil merupakan novel yang memasukkan benturan nilai-nilai tradisional dengan nilai-nilai modern, cinta anak pada orang tua, dan unsur-unsur kemanusiaan universal.

Ketika membaca judulnya, saya menduga bahwa temanya adalah perjuangan seorang anak dengan cita-citanya menjadi seorang penari, namun setelah membaca sampai tuntas ternyata banyak sekali nilai-nilai yang disertakan dalam cerita tersebut. Kita akan dihadirkan dengan sosok tokoh papa yang sangat galak, kolot, dan dengan ketat mempertahankan ideologinya. Akan dihadirkan pula sosok tokoh aku sebagai anak cerdas bernama Ira yang selalu mengikuti kata hatinya daripada menjadi anak penurut, baik tentang impiannya maupun kisah cintanya.

“Sebetulnya akan lebih mudah bagiku untuk menjadi anak penurut dan tunduk patuh pada segala macam aturan. Toh, seperti kata Mama padaku, semua itu untuk kebaikanku. Namun ada sesuatu yang di dalam tubuhku yang meminta untuk dibebaskan, yang minta selalu diberikan tempat untuk bergerak sesuai keinginan hati ...”
Kutipan tersebut menunjukkan tokoh utama dalam novel yang bernama Ira adalah tipe pemberontak, dalam arti lebih suka mengikuti isi hatinya. Tokoh yang sangat haus akan kebebasan.

Ada juga tokoh bernama Intan, kakak kandung Ira. Memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan Ira. Intan adalah seorang kakak yang sangat patuh, ia akan selalu berada di jalan yang lurus sesuai dengan aturan-aturan sang papa.
“… aku kadang heran dengannya, Intan itu sangat penurut dengan apapun yang menjadi sabda Papa …” (hal. 100). Dari kutipan itu terbukti bahwa Intan adalah anak yang sangat patuh terhadap aturan-aturan keluarganya.

Nah ini dia, tokoh yang berkali-kali menimbulkan konflik, ialah tokoh papa. Seorang tokoh yang digambarkan memiliki pendirian yang tegas dan berwatak keras.
“... Papa tidak setuju.’ Pendek dan tajam menguras seluruh kepercayaanku sebelumnya. Orang tuaku itu memandangku lurus dengan ketegasan yang tak goyah.” (hal. 342).

Tokoh keempat adalah mama. Penulis menghadirkan tokoh mama dengan sikap yang sangat berlainan dengan tokoh papa.
“… berkali-kali terdengar suara Intan meminta maaf dan berkali-kali pula terdengar kalimat Mama yang lembut mengatakan ia telah memaafkan si sulung tercintanya ...”(hal. 160).

Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang adalah sudut pandang orang pertama. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara pengisahannya yang menggunakan kata “aku” dalam novel tersebut.

Tak ada pembahasan ke masa lalu, maka jelas bahwa pengarang menyuguhkan cerita menggunakan alur maju, yaitu alur yang ceritanya runtut dari awal cerita sampai akhir.
Dimulai dari pengenalan siapa Ira, Papa Ira, Mama Ira, Intan. Lalu konflik muncul ketika Intan mengenalkan kekasihnya pada keluarga, kemudian semakin memuncak ketika sang mama meninggal dunia dan semakin memuncak ketika Ira memiliki kekasih seorang bule yang menurut papanya itu sama sekali tidak benar karena bule tidak dapat menjadi seorang imam keluarga. Hingga akhirnya sang papa wafat.

Novel Penari Kecil menyimpan banyak makna yang mendalam di tiap konflik yang dimunculkan. Ajaran dan aturan yang keras dari orang tua dapatlah dijadikan pelajaran bagi setiap pembacanya bahwa semua aturan-aturan yang dilimpahkan orang tua kepada seorang anak memanglah mempunyai niat dan tujuan yang baik. Patuh dan mencintai orang tua adalah gambaran dalam cerita novel Penari Kecil walaupun banyak segala bentuk larangan dan aturan dari sang papa namun tetaplah ia sangat mencintai anak-anaknya.
Seperti pada kutipan berikut, “... coba lihat itu. Papamu itu sayang setengah mati sama Kakakmu. Dan nggak pernah sekalipun ia tunjukkan. Itulah letak salahnya Papamu, yang ia tunjukkan cuma marah-marahnya terus.” (hal. 147).

Menurut saya sebagai pembaca, Sari Safitri Mohan benar-benar mampu membawa hati saya merasakan kerasanya perjuangan tokoh aku. Konflik yang disuguhkan terasa begitu nyata bagi saya. Bagaimana tidak, karena penghalang kebebasan dalam meraih mimpi tokoh aku, adalah papanya sendiri. Ira terus mencari cara untuk memberontak tanpa harus menyakiti hati sang papa. Dan yang lebih membuat saya takjub adalah ending yang disuguhkan penulis, benar-benar sangat jauh dari dugaan saya sebagai pembaca.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...