Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Sabtu, 14 Oktober 2017

Kisah Dewi Kilisuci dan Lembu Suro (Legenda Gunung Kelud)


Sumber gambar : https://i0.wp.com/www.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/06/Kerajaan-ghaib-Indonesia.jpg?fit=650%2C350

Gelap menyayat, menyeka remak sisa-sisa rintik hujan yang baru saja menyapa bumi. Kehadirannya menebarkan hawa sejuk taman bunga Kerajaan Kahuripan. Langit tampak bermuram durja namun begitu damai, menambah nikmat mimpi semua makhluk di bumi. Bulan kali ini tampak menepi, bersembunyi dalam bayangan siluet awan gelap. Menanti sang waktu merobek siluet itu dan memberinya peran penting malam ini. Dia hanya ingin mengintimidasi langit kala ketika segalanya telah berubah pekat. Seolah tak mau kalah, angin mamiri bersama dandelion berdansa menerobos keheningan, bertebaran seperti debu.
Sesaat sebelum matahari kembali berjaga, wanita tercantik di Kerajaan Kahuripan atau yang lebih dikenal dengan Kerajaan Kediri, Dewi Kilisuci, telah terbangun dari mimpi indahnya. Wanita yang baik dan berbudi luhur ini sangat dicintai oleh rakyatnya.
“Kanjeng, setelah berhias diri mohon untuk menemui Prabu Airlangga!” ucap salah satu dayang kerajaan sambil menyodorkan secangkir air dihadapanku.
Dewi Kilisuci mengangguk, “Ada apa ayahanda Prabu memanggilku pagi-pagi begini?” gumamnya dalam hati, heran.
Beberapa saat setelah berhias, Dewi Kilisuci pergi menemui ayahnya, Prabu Airlangga, di ruang keluarga kerajaan. Ruangan yang di bangun cukup besar untuk berkumpulnya keluarga kerajaan. Tempat duduk minimalis berlapis emas yang berjajar tertata rapi. Tirai berwarna coklat keemasan menambah mewah pemandangan dalam ruangan. Dinding dan langit-langitnya pun berwarna coklat. Tingginya sekitar 6 meter. Guci-guci mewah terlihat elegan di setiap sudut ruangan.
“Ada apa Ayahanda memanggil saya?” tanya Dewi Kilisuci.
“Aku memangilmu kemari ingin menanyakan perihal lamaran yang diajuka oleh beberapa adipati kerajaan tetangga. Siapakah yang akan kamu pilih?” tanya Prabu Airlangga dengan nada serius tanpa menatap Dewi Kilisuci
“Saya beum memutuskannya Ayahanda Prabu, sebab tidak ada diantara mereka yang saya cinta,” ucapnya dengan suara sedikit gemetar.
“Kalau kamu tidak segera memberi keputusan, maka Ayahanda akan membuat sayembara untuk memilih calon suamimu.” Prabu Airlangga menoleh dan menatap Dewi Kilisuci, mukanya mulai memerah. Dewi Kilisuci hanya menunduk, tanpa memberi sebuah jawaban.

***

Gulungan mendung tebal menggumpal menghiasi langit sore yang tadinya cerah. Kerajaan dihebohkan oleh kabar bahwa salah satu rakyatnya telah diserang oleh makhluk aneh di dalam hutan. Kabarnya, ia adalah manusia berkepala binatang yang sangat kuat dari kerajaan tetangga. Tidak ada patih maupun prajurit Kerajaan Kahuripan yang kembali dengan selamat setelah pergi ke hutan hendak mengalahkan makhluk keji itu.
Dewi Kilisuci tak tahan melihat rakyat dan prajuritnya dibunuh dengan keji. Tanpa pikir panjang ia seorang diri masuk ke dalam hutan menemui makhluk yang telah membunuh prajurit dan rakyatnya.
“Tidak kusangka, kali ini yang datang ingin mengalahkanku adalah seorang putri yang sangat cantik. Perkenalkan namaku adalah Mahesa Suro, laki-laki terkuat di jagad raya.” Sambutan dilontarkan oleh Mahesa Suro, makhluk berkepala kerbau itu, setelah bertemu Dewi Kilisuci di dalam hutan.
“Aku datang bukan untuk melawanmu, aku hanya ingin berbicara dan memohon padamu, jangan kau sakiti lagi rakyat dan prajuritku. Akan kuberikan harta berapa pun yang kau mau,” tawar Dewi Kilisuci pada Mahesa Suro. Ada rasa takut yang menjalar, sunyi, sepi di dalam hutan. Tak ada siapa pun. 
“Bagaimana kalau kau menikah denganku? lalu akan kuberikan kedamaian pada seluruh rakyatmu. Kudengar, Prabu Airlangga membuka sayembara untuk memilih calon suamimu pada malam bulan purnama nanti. Aku akan datang, kau harus memilihku. Jika tidak seluruh rakyatmu akan kubunuh,” tukasnya, mengancam.
“Kau tidak akan pernah bisa membunuh rakyatku dan aku tak sudi menikahi laki-laki buruk rupa sepertimu.” Adu mulut antara Dewi Kilisuci dan Mahesa Suro pun terjadi.
Ucapan pedas yang terlontar dari bibir lembut Dewi Kilisuci membuat Mahesa murka. Ia mengangkat pedangnya kearah Dewi Kilisuci, berniat menikamnya agar tak seorang pun memiliki kecantikannya.
“Hentikan!!” Seseorang berkepala lembu datang menghentikan Mahesa, dialah Lembu Suro, adik kembar Mahesa. “Aku tidak akan membiarkanmu membunuh siapa pun lagi,” Suro melanjutkan ucapannya.
“Bedebah, berani sekali kau membentak kakakmu.” Mahesa menghunuskan pedang ke arah Suro dan terjadilah pertarungan saudara.
Kenyataan bahwa Mahesa jauh lebih kuat membuat Suro terluka parah, ia seperti akan kalah. Dewi Kilisuci merasa takut jika makhluk jahat itu yang memenangkan pertarungan ini. Tak kehabisan akal, Dewi Kilisuci mengambil keris yang disembunyikan di dalam pakaiannya, kemudian menusukkan keris itu ke tubuh Mahesa.
“Kau... Bedebah!” Kata terakhir yang diucapkan oleh Mahesa sebelum ia menutup mata untuk selamanya.
Dewi Kilisuci mulai resah, tangannya bergetar ketakutan, jantungnya berdegup kencang. Entah mengapa rasa nyeri seolah menghampiri relung dadanya, membuat napasnya tak beraturan.
“Tenanglah, Anda tidak bersalah. Aku juga berniat menusuknya, tapi dia sangat kuat. Tak akan bisa mengalahkannya seorang diri. Anda sudah berhasil menyelamatkan seluruh rakyat dari ancamannya,” ucap Suro, begitu lembut. Dewi menatap tajam ke arahnya, ada sedikit keraguan terhadap laki-laki yang memiliki wujud sama dengan Mahesa.
“Jangan takut, saya memang adik kembar Mahesa tapi saya tak berniat menyakiti siapapun. Hari sudah gelap, apakah Anda akan kembali ke Kerajaan Kahuripan malam ini? Sangat berbahaya berjalan di dalam hutan seorang diri. Saya adalah seorang adipati, mampirlah ke tempatku untuk beristirahat. Esok akan kuantar Anda ke Kahuripan.” Ujar Lembu Suro panjang lebar, meyakinkan. Dewi Kilisuci mencoba untuk percaya dan menerima tawarannya.
Langit yang tadinya diselimuti gumpalan awan kini menumpahkankannya menjadi rintik air yang begitu banyak. Rintik-rintiknya mampu meredam roh yang tengah jatuh dalam kegalauan, menghapus ingatan akan kekacauan hari ini. Begitu damai.
“Permisi, Tuan Putri izinkan saya masuk.” Suara salah satu dayang sambil mengetuk ruang peristirahatan Dewi Kilisuci. Ia membawakan makanan dan pakaian ganti untuk Dewi Kilisuci.
“Terima kasih banyak. Aku ... “ kalimatnya terpotong. Dewi Kilisuci menghela napas, memberanikan diri bertanya, “Siapa sebenarnya Mahesa Suro dan Lembu Suro?”
Dayang itu tersenyum lalu menjawab pertanyaan Dewi dengan penuh keyakinan, “Apa Anda takut pada Adipati Lembu Suro? Tenang saja, beliau sangat baik. Berbeda dengan kakaknya, Mahesa Suro. Mereka adalah anak dari raja kedua di kerajaan ini, dulu mereka adalah manusia biasa hingga sebuah kutukan datang akibat keserakahan ayahnya. Tuan Mahesa sangat terpukul melihat kenyataan akan dirinya, sedangkan Tuan Suro dengan ikhlas menerima takdir. Ia tak pernah menyalahkan siapapun atas kutukan yang menimpanya. Hanya itu saja yang bisa saya katakan, Putri.”

***

Matahari kembali tersenyum, memancarkan aura yang tidak biasa. Pertanda kebahagiaan ataukah ada maksud lain yang tersembunyi dibalik senyumnya? Entahlah. Kerajaan ini dikelilingi taman bunga mawar merah. Tepat di depan jendela kamar peristirahat Dewi Kilisuci, nampak pegunungan yang diselimuti awan putih. Sangat indah. Membuat Dewi tak henti-hentinya menatap ke luar jendela.
Setelah menyantap hidangan mewah, Dewi Kilisuci bersiap untuk kembali ke Kerajaan Kahuripan, diantar oleh seorang prajurit menggunakan kereta kuda mewah atas perintah Lembu Suro.
“Di mana Adipati Suro? Aku belum mengucapkan terima kasih kepadanya. Apa ia tak ingin mengantar kepergianku?” Dewi bertanya pada salah satu prajurit.
“Tuan Putri Kilisuci..,” Salah satu dayang berlari kearah Dewi. “Mohon maaf, Adipati tak bisa mengantar Anda. Ia hanya ingin saya memberikan gulungan ini kepada Tuan Putri,” ia melanjutkan ucapannya.
Di tengah perjalanan menuju Kerajaan Kahuripan, Dewi Kilisuci membuka gulungan kulit rotan pemberian Suro.

“Maafkan saya, karena hendak mengatakan sesuatu yang tak seharusnya pun tak sepantasnya. Walau demikian akan tetap kukatakan. Karena jika tidak, saya tak akan bisa hidup dengan cara yang benar.

Kepada : Wanita tercantik sejagad.

Selama ini, saya selalu baik-baik saja dengan wujud yang berbeda dari manusia pada umumnya. Namun setelah bertemu dengan Anda, rasa marah akan kutukan ini terus menghantui. Saya tak ingin menyimpan dendam pada kutukan ini, adalah sebuah kesalahan bertemu dengan Anda. Di dalam ruang hati yang paling hampa, saya menyadari bahwa ada rasa misterius yang menjalar. Jelas ini salah saya yang telah membiarkan Anda berlalu-lalang di dalam hati dan pikiran.
Membiarkan Anda pergi adalah cara yang terbaik, meski kurasakan sesak berlayar di dalam dada. Bagaimanapun, kita adalah dua manusia yang asing, dan memang seharusnya kembali menjadi asing.

Perihal mencintai Anda, biarlah menjadi urusan saya.”
Dari : Suro.

“Tuan Putri, kita telah sampai!” Suara prajurit membangunkan Dewi Kilisuci dari lamunan setelah membaca pesan singkat Adipati Suro.
“Tolong sampaikan kepada Suro untuk datang ke Kahuripan pada malam bulan purnama. Akan ada sayembara untuk menjadi calon suamiku.” Setelah berpikir masak-masak, akhirnya Dewi memutuskan untuk mengundang Suro menghadiri acara sayembara, pemilihan calon suami Dewi Kilisuci yang diadakan oleh Prabu Airlangga.

***

Akhirnya tiba juga acara sayembara untuk memilih calon suami bagi Dewi Kilisuci tepat di malam bulan purnama. Prabu Airlangga memberi bermacam-macam tantangan kepada para kandidat yang berasal dari beberapa kerajaan di Kediri, Tulungagung, dan Blitar.
Dewi Kilisuci nampak gelisah, ia melihat ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari seseorang.
“Anda sedang mencari siapa, Kanjeng Putri?” tanya salah satu dayang yang mendampingi Dewi.
“Oh, bukan siapa-siapa,” sergahnya.
Dari semua tantangan itu ada satu pemuda yang berhasil memenangkannya. Namun pemuda ini begitu aneh, dia memakai penutup kepala. Seolah ada sesuatu yang ingin ia sembunyikan.
“Kau sangat lincah dan hebat dalam mengambil setiap keputusan di semua tantangan yang kuberikan, siapakah kamu sebenarnya? Kamulah orang yang akan kupilih menjadi suami putriku. Jadi, silakan buka penutup kepalamu,” titah Prabu Airlangga.
“Bukan tak ingin membukanya, hanya saja takut jika Anda malu memiliki menantu seperti saya, setelah kubuka penutup ini,” jawabnya, tegas.
Mendengar suaranya, Dewi Kilisuci berlari ke arah pemuda ini, “Suro? Kaukah? Ayahanda, aku bersedia menjadi istrinya.”
“Baiklah, tapi dia harus membuka dulu penutup kepalanya,” titah Prabu Airlangga, penasaran.
Sesaat kemudian, dengan beraninya Lembu Suro membuka penutup kepalanya dan mengejutkan semua orang.
“Bedebah!! Jadi kau adalah manusia berkepala binatang yang telah membunuh beberapa rakyat, prajurit, dan menculik putriku? Tak akan kubiarkan kau merusak kedamaian di kerajaanku.” Wajahnya memerah, garang.
“Hentikan Ayahanda Prabu, dia bukanlah pembunuh, Mahesalah pembunuhnya. Aku tidak akan memaafkan Ayahanda Prabu jika sampai menyakitinya. Tolong, Ayahanda jangan hanya melihat sosoknya yang berbeda dengan kita. Bahkan jika dibanding dengan kita semua, hatinya jauh lebih baik.” Dewi Kilisuci berteriak membela Lembu Suro.
“Baiklah, aku akan setuju makhluk itu menikahimu, jika dia berhasil menyelesaikan satu lagi tantangan dariku. Buatlah sumur raksasa dan harus selesai dalam semalam,” Ujar Prabu Airlangga, menantang.
“Tunggu itu musta ...,” ujar Dewi, terpotong.
“Akan saya lakukan.” Suro dengan gagah menerima tantangan tersebut.

***
Ayam pun berkokok, pertanda telah lewat satu malam. Dengan disaksikan semua orang, Lembu Suro berhasil menyelesaikan tantangan itu. Bahagia nampak di wajah Dewi kilisuci. Bibir merahnya tersenyum seketika, seraya menghela napas lega.
            Malu dan tak terima dengan semua ini, Prabu Airlangga memutar otak, mencari akal untuk menyingkirkannya. Ia meminta Suro untuk mengecek kedalaman sumur itu. Setelah Lembu Suro menjalankan titahnya, Prabu Airlangga beserta para prajurit Kahuripan menimbun Lembu Suro dengan batu. Ratusan orang mulai tertawa terbahak, mereka seakan menang telak.
            Dewi Kilisuci terkejut melihat apa yang telah dilakukan Prabu Airlangga dan semua orang Kediri, air di pelupuk mata jatuh bertubi-tubi, perih merintih mengoyak kesadaran diri. Matanya seolah melihat dunia tak lagi waras.
Bibir dan tanganya gemetar menyeruak murka, seraya ia berkata, “Apa yang salah darinya? Apa yang salah dari wujudnya yang berbeda dengan kita? Mengapa semua berlaku tak adil padanya?”
Tanpa sadar nyeplos dari bibirnya sebuah kutukan, Yoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung.” (Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasan yang sangat besar. Kediri akan menjadi sungai, Blitar akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau). Kemudian Dewi Kilisuci mengabil pedang dan menusukkan ketubuhnya, ia tak mau hidup di dunia ini. Dunia tanpa ada keadilan lagi bagi orang-orang tak bersalah.
Setelah kematian Dewi Kilisuci, sumur raksasa itu berubah menjadi gunung. Orang Kediri menyebutnya Gunung Kelud. Penyesalan datang menyapa Prabu Airlangga. Ia kehilangan putri tunggalnya yang memiliki kecantikan tiada tara. Kahuripan mulai hancur dan jatuh miskin, ia ada dalam ketidakpastian antara hidup segan mati pun enggan.

*Cerita di atas hanyalah karangan fiksi, menggunakan nama dan judul yang sama dengan cerita aslinya.

8 komentar:

  1. Keren... Jadi pengen baca cerita aslinya

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Iya kak, memang dibuat gitu,,, diganti alur sama karakter tokohnya. tp ttp tetap memasukkan proses kutukannya

      Hapus
  3. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/pil-kb-bukan-cuma-untuk-tunda-kehamilan.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/masuk-majalah-vogue-edisi-maret-agnes.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/02/11-mimpi-yang-sering-dialami-orang.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus
  4. Kak boleh minta legenda aslinya?

    BalasHapus

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...