Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Minggu, 08 Oktober 2017

Lahir dan Terikat Takdir



Sumber gambar : https://1t4juwita.files.wordpress.com/2015/01/maleficent-2.png




Semilir angin membelai rambut panjangku, dedaunan melambai dengan riangnya. Di hamparan taman yang ditumbuhi bunga matahari, aku merebahkan badan, saling bertatapan dengan sang malam yang sunyi, hitam, namun tak pernah kelam. Bulan pun menengadah nampak seperti mengapung di angkasa. Begitulah, memang bulan tak akan pernah terpisah dari sang malam. 

 

Lima menit lagi usiaku genap 20 tahun, dan ini adalah malam terakhir berada di dunia peri. Begitu banyak aturan yang berlaku hingga tak mungkin kusebutkan semua. Salah satu diantaranya adalah bagi peri yang sudah berusia 20 tahun, maka diwajibkan untuk turun ke Bumi. Menemui manusia yang baik hati dan mengabulkan permintaannya agar ia bahagia.

 

“Lahir dan terikat takdir,” itulah kata-kata yang selalu diucap oleh pemilik buku takdir. Kami para peri menyebutnya, TUAN SUTRADARA. Waktu terasa begitu cepat, belum lama diriku bercengkrama dengan malam. Matahari telah datang dan mengusirnya.

 

“Peri Nala, segeralah bersiap karena tuan Sutradara akan segera tiba dan mengirimmu ke Bumi,” ujar Nabil, asisten Sutradara. 

 

Mendengar titahnya itu, aku bergegas menemui Tuan Sutradara, “Saya siap, Tuan.” ucapku, ragu.

 

“Turunlah ke Bumi, tugasmu adalah menemui seorang putri dari Negeri Andalus yang bernama Rossie. Bantulah dia bertemu Pangeran Fransis dari Negeri Younan. Di dalam buku takdir, mereka adalah sepasang cinta sejati,” titah Tuan Sutradara yang tak pernah kehilangan ideologi mutlaknya.

 

“Tapi Tuan, apa yang harus saya lakukan agar putri bertemu dengan pangeran?” kata-kata bodoh muncul dari bibirku. 

 

“Kamu adalah peri yang cerdas, kamu pasti tahu bagaimana cara mempertemukan mereka.”

 

“Bagaimana kalau orang yang disukai Putri Rossie bukanlah Pangeran Fransis, Tuan?” tanyaku lagi.

 

“Mereka sudah bertemu 10 tahun yang lalu, dan Putri Rossie telah jatuh cinta kepada pangeran. Setiap malam Putri Rossie selalu berdoa agar bisa berjumpa lagi dengan Pangeran Fransis. Hanya saja itu tak mudah karena Putri Rossie selalu dihalangi oleh ibu tirinya. Sekarang turunlah ke Bumi, temui Putri Rossie dan bantulah dia hingga hidup bahagia bersama Pangeran Fransis. Sebelum Putri Rossie hidup bahagia, kamu tidak akan pernah bisa kembali ke dunia peri,” terang Tuan Sutradara, panjang lebar.

 

Sebelum pergi, aku berpamitan kepada teman-teman. Meminta restu mereka agar semua berjalan dengan lancar. 

 

“Selamat jalan teman-teman.” Kami saling melambaikan tangan.

 

***

 

Hanya butuh waktu beberapa jam saja untuk sampai ke Bumi, dan hebatnya lagi aku berhenti tepat di depan kerajaan Putri Rossie. Mataku terbelalak takjub melihat tangan mungilnya sedang membersihkan jendela kamar ibunda ratu, kulitnya begitu putih, rambut pirang nan panjang, dan bola mata yang berwarna biru langit. Sungguh cantik. Bahkan jauh lebih cantik dari bunga matahari yang hidup abadi di taman dunia peri.

 

“Hai, Putri Rossie. Perkenalkan namaku Nala, hamba ada ...”

 

“Siapa kamu?” Puti Rossie memotong acara perkenalanku, ia begitu terkejut.

 

“Hamba adalah seorang peri yang akan membantu Anda bertemu dengan Pangeran Fransis,” dalihku.

 

“Jadi, adanya peri itu bukan hanya sebuah hayalan? Jika kita baik, namun orang lain jahat kepada kita, maka akan ada peri yang menolong kita. Bukan begitu?” tukasnya.

 

“Benar. Selain mempertemukan Anda dengan pangeran, hamba juga akan menyelamatkan Anda dari kejahatan orang-orang di kerajaan ini.”

 

“Rosssiiiieeee,” teriak ibunda ratu dari dalam kamar, garang.

 

“Peri, pergilah ke kamarku dulu, bersembunyilah di sana. Aku harus menemui Ibunda Ratu sekarang.”

 

“Tidak Putri, hamba harus pergi dulu menemui pangeran dan berbicara padanya. Hamba akan kembali secepatnya,” sergahku.

 

***

 

Aku terbang menggunakan sayap mungilku menuju Negeri Younan. Hanya terlihat pepohonan lebat di bawah, sama sekali tak nampak adanya kehidupan. Aku terus terjaga, rasa takut mulai memburu. Begitu gelap dan dingin.

 

Tiba-tiba, “Ah, suara apa tadi?” Aku sangat terkejut. Terdengar suara tembakan yang begitu dekat. Tubuh ini mulai tak imbang, sayap kiriku berdarah.

 

Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini? Oh tidak, kenapa di bulan September aku selalu saja mengalami kesialan. Apakah kelahiranku ini juga termasuk kesialan? Tubuh mulai dibanjiri oleh keringat dingin, pandangan pun samar. Tak mungkin terbang dengan kondisi seperti ini.

 

Celaka, aku akan jatuh. Mungkin aku akan mati di dunia ini. Maafkan aku putri Rossie. Tak hentinya air mataku mengalir. Rasa takut, rasa sakit karena luka tembak, dan rasa bersalah pada putri Rossie, semua beradu menjadi satu mengacak-acak ruang dalam hati dan pikiranku.

 

***

 

            Mataku perlahan terbuka, sama sekali tak ingat apa yang terjadi sebelumnya, yang terasa hanya tubuh lemah tak berdaya.

 

“Kau sudah bangun?” ujar suara yang tak kukenali.

 

“Si.. siapa kamu?” tanyaku dalam gagap dan takut.

 

“Perkenalkan, namaku Key, seorang pengelana. Kau tertembak oleh pemburu, untung saja aku menemukanmu lebih dulu sebelum pemburu-pemburu itu. Siapa kamu? Mengapa kamu memiliki sayap? Kamu seorang malaikat ataukah hantu?” Laki-laki itu mengambilkan minum untukku. Kulitnya sangat bersih. Tatapannya begitu dingin, sama sekali tak terasa hawa jahat. Hidung mancung dan bibir tipisnya sesekali mengalihkan duniaku. Dia, sungguh tampan.

 

“Terima kasih, Tuan. Tapi, aku harus segera pergi. Ada urusan yang tak bisa kutunda.” Aku mengabaikan pertanyaannya dan mencoba berdiri tapi, tak bisa. Entah apa yang terjadi.

 

“Dalam kondisi seperti ini kamu tak akan bisa terbang, dan kamu tak mungkin berjalan sendirian di dalam hutan. Istirahatlah selama tiga hari di sini. Setelah itu kamu boleh pergi.” Tawarannya tak bisa kutolak jika melihat kondisi yang seperti ini.

 

“Makanlah! Maaf karena gubuknya sangat kecil. Aku tersesat beberapa hari yang lalu jadi kubuat gubuk sederhana untuk bersembunyi dari binatang buas di malam hari.” Key menyodorkan semangkuk sup hangat untukku. 

 

“Sebenarnya siapa kamu?” Key melanjutkan ucapannya.

 

“Aku adalah seorang peri, aku turun ke Bumi untuk bertemu seseorang dan membantunya agar dia hidup bahagia. Maaf tak bisa bercerita lebih dari ini.” Wajah Key tertegun seperti tak percaya bahwa peri itu benar-benar ada.

 

***

Langit yang mulai menguning, surya yang hampir meredup, kicauan burung yang telah parau, kabut yang turun semakin tak beraturan. Tiga hari telah lewat, hari ini harus segera pergi menemui putri dan pangeran.

 

Nampaknya sayapku sudah berfungsi lagi. Selain putri Rossie dan pangeran Fransis, Key adalah pemuda baik yang kutemui di dunia manusia. Membicarakan tentangnya, seolah ada melodi yang menggelitik dalam hati. Kebaikannya saat merawatku, bercerita bersama sepanjang malam. Bahkan, suara angin yang menderu sama sekali tak mengganggu konsentrasiku memperhatikan lengkung indah bibirnya. Ah, perasaan apa ini? Rasa sesak yang tak pernah kurasakan sebelumnya.

 

Padahal sayap dan tubuh telah mampu bergerak dengan baik. Tapi apa yang menahan langkahku untuk pergi dari gubuk ini? Pikiran logis kugunakan untuk mencari jawabannya, namun hanya ada satu kalimat yang terlintas dalam benak; Key, apakah kita memiliki perasaan yang sama?

 

“Apa kau akan pergi?” Key beranjak dari tempat dia berdiri dan duduk di sampingku. 

 

“Harus Key, karena aku hidup dan terlahir hanya untuk takdir. Sebuah takdir yang mengikatku.” Suaraku mulai parau. Mata kami bertatapan satu sama lain. Seolah tak ingin perpisahan ini terjadi.

 

“Apa kita bisa berjumpa lagi?” ujar Key. Binar matanya meluluhkan kerasnya tekadku yang akan meninggalkannya. Entah apa yang sebenarnya terjadi. Tak tahu perasaan apa ini. Walau bagaimana pun aku harus pergi meninggalkan Key.

 

***

Aku tiba di istana pangeran Fransis. Menghilangkan hawa keberadaan dan diam-diam menyelinap.

 

“Besok pangeran Fransis akan segera pulang. Burung pengirim surat baru saja tiba membawa pesan dari beliau,” ujar salah satu prajurit kepada prajurit yang lain.

 

 Aku sangat senang mendengarnya, tak sabar rasanya menunggu esok dan segera kuselesaikan semuanya.

 

***

“Pangeran telah tiba.” Sambut semua orang di Negeri Younan. Sungguh meriah, sangat berbeda dengan kerajaan Andalus. Aku sangat yakin putri Rossie akan bahagia jika ia hidup bersama pangeran Fransis di negeri ini.

 

Tunggu! Dia, Key? Jadi Key yang kutemui di hutan adalah pangeran Fransis? Jantungku berdegup begitu keras. Mengguncang segala nalar yang menjalar dalam logika.

 

Apa? Kenapa aku menangis? Bukankah seharusnya aku senang bahwa pangeran Fransis adalah Key? Bukankah dia lebih dapat dipercaya mampu membahagiakan putri Rossie. Kenapa aku malah menangis? Kuhapus air mata dan sesegera mungkin kutemui pangeran setelah ia memasuki ruang pribadinya. “Pangeran Fransis, kah? Maaf karena datang tiba-tiba. Hamba adalah seorang peri yang membawa takdir bagi Anda. Di Negeri Andalus ada seorang putri cantik bernama Ros...” Key terkejut dan langsung memelukku, seakan tak menyangka bahwa kami akan berjuma lagi secepat ini.

 

“Aku bahagia bisa melihatmu lagi.”

 

“Tolong hentikan. Hamba belum selesai bicara. Di Negeri Andalus ada putri cantik nan baik hati bernama Rossi yang sedang menanti Anda untuk menjemputnya. Di dalam buku takdir kalian adalah cinta sejati.”

 

“Jadi kamu datang menemuiku untuk itu? Apa kamu tak ingin menanyakan dulu bagaimana perasaanku?” tukasnya.

 

“Anda sudah pernah bertemu dengannya pangeran, dan Anda akan jatuh cinta setelah bertemu lagi dengannya. Itu yang dikatakan di buku takdir.” Aku menggigit bibir bawahku, membendung tangis yang mulai memberontak dalam hati.

 

“Baiklah aku akan pergi ke Andalusia menemui putri Rossie, bukan untuk menjadikan ia istri tapi, akan kukatakan sejujurnya bahwa aku telah jatuh cinta pada perinya.” Key mengambil kuda dan bergegas pergi. Aku berusaha menahannya tapi, tak bisa. 

 

Langit yang tadinya begitu cerah berubah menjadi gelap, petir besar menyambar tepat dihadapanku.

 

“Apa yang sudah kau lakukan, Nala?”Aku terkejut bukan main, Tuan Sutradara tiba di Bumi. Sepertinya, ia telah menyadari apa yang terjadi pada kami.

 

Aku tak mampu lagi menahan isak tangis, “Tuan, aku mencintainya dan dia mencintaiku. Tak bisakah kami bersatu?” 

 

“Bedebah!!” Tamparan disuguhkan kepadaku seketika. Tapi tak terasa sakit sedikit pun, takdir ini bahkan lebih sakit jika dibanding tamparannya. 

 

“Apa kau mau mengubah jalan cerita di dunia manusia? Mana ada takdir yang mengatakan pangeran akan hidup bahagia bersama peri yang membantu sang putri. Kau akan kukirim di dunia peri dan akan kupenjarakan seumur hidup. Aku tidak sudi jalan ceritaku rusak karena perasaan egoismu,” dalih Tuan Sutradara, garang.

 

“Tunggu, Tuan. Tolong beri aku sebuah pilihan. Aku ingin bertemu dengannya.” rintihku sembari tak mampu menahan gejolak tangis.

 

“Apa kamu melupakan pasal 11 dalam buku takdir? Seorang peri tidak diperkenankan jatuh cinta kepada manusia yang telah memiliki takdir dengan orang lain. Pasal 12, mengatakan seorang peri tidak boleh merusak jalannya takdir dan pasal 13, apa kau lupa dengan isinya? Baiklah akan kuberi kamu dua pilihan, kembali ke dunia peri dan menerima hukuman. Atau menemui pangeran itu? Tapi kamu akan menerima hukuman pada pasal 13.”

 

“Jika hanya itu pilihannya, saya akan memilih hukuman pada pasal 13, tetapi izinkan saya bertemu pangeran sekali lagi.”

 

Tuan Sutradara mengangguk, “Baik jika itu pilihanmu. Pergilah!”

 

 

***

Secepatnya diriku terbang menyusul pangeran. Memang takdir tidak akan menyatukan kami, sihir pun tak mampu mengubah keadaan yang dapat merusak takdir. Pada waktu yang terus berdenting kusisipkan frasa yang mana ia sedang berduka, kusisipkan getir yang mana ia selalu berkata, “Aku masih belum menyerah untuk mencintainya.”

 

Aku hampir sampai, terlihat pangeran sudah berada di depan putri Rossie. “Pangeran Fransis, Putri Rossie, kumohon maafkan hamba. Kalian telah ditakdirkan bersama, dan hamba merusaknya. Merusak jalan cerita yang telah tertulis dan tertata rapi. Namun, hamba tetap tak bisa membendung perasaan egois ini. Perasaan cinta yang begitu dalam kepada Pangeran Fransis.” Napasku tak beraturan. 

 

“Jadi, kamu juga mencintaiku?” ujar pangeran. Bahagia nampak di wajahnya.

 

“Hamba sangat mencintai Pangeran Fransis. Senyuman Anda, tatapan, suara, dan debaran yang muncul kala ketika tangan kita saling bersentuhan. Kumohon berjanjilah, setelah ini Pangeran harus hidup bahagia bersama Putri Rossie. Manusia dilahirkan memang untuk bahagia. Sedangkan kami para peri, lahir dan terikat takdir yang mutlak. Tak bisa diubah.” Aku mengusap air mata, lalu mengecup keningnya. Pangeran menatap sebagian tubuhku yang telah perlahan berubah menjadi buih. Ia menangis sejadi-jadinya dan memelukku begitu erat, seolah tahu apa yang akan terjadi. Ya, inilah isi dari pasal 13 bahwa, seorang peri akan berubah menjadi buih jika ia berani melanggar aturan di dalam buku takdir.

 

**

 Pada kisah drama di kehidupan ini, aku tak bisa memakai sihir untuk diri sendiri. Karena segala hal tentang peri itu terbatas. Napas yang panjang dan denyut jantung ini menghapus segala keraguanku. Pertemuan denganmu adalah keajaiban. Keajaiban yang datang tepat pada waktunya. Kepergian hanyalah fase normal dari sebuah pertemuan. Bahagia dan sedih seolah bertumpah menjadi satu kesatuan dalam rasa ini. Bagaikan malam dan esok, sampai kapan pun kita tak akan pernah bersatu.

 

Di dalam batas ruang antara dunia nyata dan maya, tangisku tak akan terlihat pun tak akan terdengar olehmu. Siang ataukah malam? Sudah tak dapat lagi kulihat. Untukmu, pangeran yang hanya akan tinggal dalam kenangan. Berbahagialah!

 

Pada perasaan cinta yang begitu banyak, ia tersobek menjadi serpihan kecil. Serpihan itu sangat indah, bagaikan bunga mawar. Selamat tinggal, Key. Selamat tinggal bulan kelahiran, aku bahagia terlahir dan berkahir di bulan yang sama; ialah September.

 

 

14 komentar:

  1. Bergidik membacanya.

    Ini baru nampol, Is. Jangan takut menelurkan cerpen. Sesekali tinggalkan puisi dan curhatan.

    I like it.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih banyak pak Her, bisa bikin cerpen kalau jumat mlm aja pak Her. :'(

      Hapus
  2. Suka Banget 😍😍😍 kerenn

    BalasHapus
  3. Huwaaa,,, keyeen..
    Ini based on true story gak mbak? Sampe termenye menye saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak kak, tidak ada bau-bau true story hehe. Terima kasih sudah mampir kak

      Hapus
  4. ga nyangka key adalah pangeran francis,,
    speechless..
    ditunggu cerpen selanjutnya mba..
    salam kenal juga, :)

    BalasHapus
  5. Super kak lail.
    Ini keren banget.. 👍👍
    The best 😍😍😙

    BalasHapus

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...