-Libur Berakhir-
Genap
tiga bulan, libur semester lima berakhir sudah. Hari ini mulai lagi
disibukkan dengan urusan kuliah, harus kusiapkan mental ketika bertemu
teman-teman, mereka pasti akan terkejut dengan penampilan baruku. Karena memang
sampai saat ini yang tahu tentang penampilan baruku selain Asma adalah Rara
yang kapan lalu kuceritakan melalui telepone saat meminta bantuannya agar
direkomendasikan masuk di Late Night Restaurant.
“Mimpi
apa gue semalam, ya? Melihat bidadari di pagi hari.” Ledek salah seorang teman
di kelas Nayla, Bangun Alamanda.
Aku
mengernyitkan alis, “Alam, kenapa sih sejak SD kamu selalu mengangguku? Apa kamu
tak rela membiarkan kehidupanku tentram?”
“Ayolah
Nay, gue hanya bercanda. Tapi jujur saja, loe terlihat jauh lebih cantik.” ucap
Alam, tampak serius. Mendengar gurauannya itu, aku hanya menyeringai datar,
gurauannya tak asik.
“Ehm,
jangan-jangan Alam naksir Nay, ya?” Asma menggoda. Bibir Alam merekahkan
senyuman, ia tampak malu.
“Asma,
apaan sih”
“Wah,
Nay sejak kapan?” sapa Mira, anak non muslim yang baru kukenal di awal semester
lima lalu. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
“Nay,
cari sarapan yuk!” Ajak Alam.
“No Thanks, kamu nggak tahu habis ini jam
pelajaran mulai ya?” kataku, sinis.
Tidak
lama kemudian, mata pelajaran pertama pun dimulai. Semua belajar dengan tenangnya
hingga akhir jam pelajaran. Sedangkan jam ke dua akan di mulai pukul 10.00 wib.
Tidak ingin membuang-buang waktu dengan hal yang tak bermanfaat, aku dan Asma pergi
ke masjid kampus untuk shalat.
“Alhamdulillah
tenang sekali setelah shalat” ucapku.
“Tentu
saja Nay. Pada dasarnya tiap persendian kita harus dikeluarkan sedekahnya
setiap hari, nah semua itu dapat terpenuhi dengan kita shalat dua rakaan
diwaktu dhuha” tukas Asma, sangat khas dengan suara lembutnya.
“Iya
itu benar. Assalamualaikum. Maaf jadi
menganggu pembicaraan kalian” Suara yang menghangatkan telingaku kembali terdengar.
“Wa’alaikumsalam” jawabku dan Asma,
serentak.
“Iya
tidak apa-apa, Fahri. Ada perlu apa?” tanya Asma.
“Tidak
ada hal penting sih, hanya saja Abah memintaku untuk meminjamkan buku fiqihku
kepada Nayla. Itu pun jika Nayla mau”
“Aku
mau” jawabku, girang. Melihat ekspresiku, Fahri langsung tersenyum. Wajah ini
rasanya ingin sekali kututupi dengan kerudung. Sungguh memalukan.
“Nanti
pukul satu siang kutunggu di perpustakaan ya, Nay! Assalamualaikum”
“Wa’alaikumsalam” -bersambung-
0 komentar:
Posting Komentar