Maaf,
aku harus segera pergi karena ada beberapa urusan.
Hari
ini novel ketigaku telah terbit. Bacalah ...!
Maka
kau akan tahu jawabannya.
Sebuah voice
note whatsaap menyusup masuk disela-sela jam sibukku dalam lamunan.
Sontak, raga ini beranjak dari tempatku
termangu menepam waktu, mencari tahu apa maksud dari novel ketiga yang berisi
sebuah jawaban itu. Tentu saja tujuan kali ini adalah toko buku. Membeli sebuah
novel dengan kamu sebagai nama penyusunnya. Mata terus menatap judul hingga
redam redup dalam nanar. Astaga! Judunya keren sekali. Kurasa.
Butuh waktu 5 jam untukku melumat setiap
diksi dalam wacana yang tebalnya kurang dari 170 halaman ini. Sekarang, izinkan
aku menelaah dari segi Point of View
...
Novel
dengan judul “Kamu”
Yah, aku suka dengan judulnya. Kupikir
itu adalah metafor semata agar kau tak secara gamblang menyebut namaku. Bibir
pun menyeringai dengan PD.
Tapi
nyatanya,
Sudut
pandang di dalam ceritamu bercelaru kacau.
Anggapan
awal, akulah tokoh pentingnya.
Kau,
kejam
Mengeliminasi namaku sebagai tokoh
utama yang kini kauganti menjadi orang ketiga pengamat. Kamu adalah tokoh utama
serba tahu. Sedangkan ‘dia’ (entah siapa) sebagai orang kedua yang menjadi kunci
bahagia.
Tanpa ucap aku risau. Inikah
jawaban yang kaumaksud?
Klimaks sudah aku di titik beku.
Terinjak di sisa-sisa cerita tak berintuisi.
Aku ini tokoh delusi, kauciptakan
hanya tuk menarik afeksi.
Seharusnya, kamu tak perlu pergi
jauh tanpa kata.
Mampirlah, untuk berterimakasih
padaku.
Karena peranku telah sukses sebagai
tritagonis di dalam novelmu.
0 komentar:
Posting Komentar