Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Sabtu, 04 November 2017

Sebuah Kata



Sumber gambar : http://2.bp.blogspot.com/-vzzt8YuSf5I/UpNqhquu9oI/AAAAAAAABJg/hqK_wUTBvbQ/s1600/spk.png


Sebuah kata, indah tapi menyesakkan.
Sebuah kata, hanya sebuah ... dengan berbagai interpretasi.
Semua orang pernah merasakannya kok, begitu pula denganku. Hemmm ... rasanya itu sama dengan ketika aku menulis chatt, hendak menyapa. Tapi kuhapus lagi, karena tak berani mengirimkannya.
Rasanya sama juga dengan, ketika aku yang hanya berani menelponnya menggunakan private number, lalu dia mengangkatnya dengan berkata, “Haloo, ini siapa?” Ah, begitu saja sudah membuat debarku bercicit-cuit.

Lalu rasa apa itu?

            Kala “Sebuah kata” itu menyapa? Aishh, sesaknya lebih sesak dari sakit asma yang kuderita. Mungkin telalu berlebihan bagaimana caraku menggambarkannya, karena “Sebuah kata” ini memang memiliki berjuta interpretasi, jadi tak masalah bagaimana pun seseorang itu menyimpulkannya.
           
Dialah ... RINDU.

            Di setiap gerimis, aku menuliskan kata “Rindu” di jendela kamar, di samping kata rindu ada sebuah nama. Nama yang selalu terselip pada setiap karya fiksiku. Tak perlu-lah diungkapkan, karena hanya dengan melihat punggungnya saja sudah terasa begitu nyaman.
            Perihal rindu, rindu macam apa pun itu menyesakkan. Kecuali rindu kepadaNYA. Tapi tetap saja pikiranku dibisingkan kembali dengan sebuah kata yang berjudul Rindu. Padahal sudah tahu rasanya sesak, entah mengapa hati ini masih saja tertahan meski telah mati dibuatnya. Ah, bagaimana mungkin aku bisa lari dari rindu, jika masih jelas teringat lagu-lagu kesukaannya, juga bentuk tulisan rumus kimia pada buku catatannya yang kupinjam dan itu hanya alibi agar bisa menatapnya dari dekat.
            Sebuah simpul senyum pada bibirku merangkum segala hal tentang rindu, hati mengikutinya dengan debar, suara nyamuk berlalu-lalang seperti mengundang untuk bersahut diksi. Begitulah seterusnya, hingga baru kusadari waktu menunjukkan lewat tengah malam.
           
Jadi, Semua orang bebas kok menginterpretasikan tentang rindu. Mungkinkah ada yang menganggapnya indah?

2 komentar:

  1. Rindu cukup aku yang merasakan saja
    mungkin akan kusampaikan melalu doa
    hehehe
    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah boleh juga tuh di sampaikan dlm doa 😊
      Iya salam kenal juga

      Hapus

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...