Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Kamis, 19 Oktober 2017

Pergilah ...


Sumber gambar : https://www.akibanation.com/wp-content/uploads/2016/12/kimi-uso.jpg


Perihal perpisahan,
Biarlah terbakar, terbakar hingga melumat segala bentuk ingatan. Aku sudah lelah. Harus bagaimana lagi kudefinisikan agar kata-kata itu tak pernah membuat semua orang terluka. Kata-kata yang tak pernah diharapkan semua orang tapi pasti pula terjadinya. Tak ada bedanya dengan sebuah takdir, perpisahan itu mutlak karena ia bagian dari sebuah takdir.
Aku adalah salah satu makhluk di mana beberapa hari yang lalu kedatangan tamu istimewa bernama perpisahan. “Apakah Anda tak ingin bertanya bagaimana rasanya?” Oh, sepertinya tak perlu, karena semua manusia akan dipermainkan oleh satu kata itu. “Menangis?” Tentu saja aku menangis. Detik jam sepertinya sengaja membiarkan kata-kata itu datang lebih cepat dari dugaanku. Ia berdetak sesuka hati, egois.
Aku kian berubah menjadi keruh, bingung, dan tak pernah bisa paham. “Mengapa semua hal terasa menghilang ketika kata-kata itu datang dan mengajakmu ikut bersamanya?” Aku menghela napas yang mulai terasa semakin sesak ini. “Apa sih definisi sebenarnya dari perpisahan itu? Apa bagimu itu menyenangkan? Sehingga kamu dengan egomu memperkenalkan aku padanya, padahal telah jelas karena dia aku jadi menangis.” Betapa bodohnya bermonolog seorang diri, sia-sia saja. Sial.
“Kamu akan pergi? Semangat ya, kamu pasti akan baik-baik di sana. Kuharap kamu bahagia selalu.” Aku termangu pada setiap pernyataan yang kubuat. Yah karena tak ada salahnya mencoba bijak. Munafik. Terus berpura-pura seolah semua baik-baik saja. Padahal itu akan membuatku semakin terluka.
Aku mendongak, lalu menyerah. Tak ingin lagi rasanya menahanmu untuk pergi, karena ini tak adil. “Mengapa hanya diriku saja yang berusaha menahanmu? Mengapa kamu tak mau menjauh atau bersembunyi dari kata yang bernama perpisahan itu?” Terluka, kecewa. Kupejamkan mataku lebih lama lagi, mencoba mengingat setiap waktu berharga yang telah habis bersamamu. “Pergilah ... ” ucapku, tertahan. Sepertinya sampai kapan pun  monolog itu tak akan pernah bisa kulanjutkan. Terus tertahan hingga dadaku serasa begitu sesak, menyadari bahwa segalanya akan berakhir saat ini juga.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...