Sumber gambar : https://i.pinimg.com/originals/4f/c0/9c/4fc09cecf65075b83f57ec6f1d1fef21.jpg
Tuan, kemarilah duduk bersamaku menikmati secangkir kopi sambil kita berbincang perihal masa depan.
Tuan, kemarilah duduk bersamaku menikmati secangkir kopi sambil kita berbincang perihal masa depan.
Tentu saja bukan tentang aku dan
kamu,
ceritakan saja tentang dirimu dengan dia,
atau dia yang lain
karena aku dan kamu tak akan pernah
bisa tertulis bersanding dalam satu frasa.
Kita berjarak, jaraknya adalah beberapa
enter, bukan lagi sekadar satu spasi.
Aku dan kamu, seandainya tertulis
dalam satu judul cerita pendek,
kamu di paragraf pertama sebagai “Abstrak”
yang fungsinya boleh ada, boleh tidak. Tapi bagiku kamu tak ada. Lebih tepatnya,
tak perlu ada ...
Sedang aku di paragraf terakhir sebagai
“Koda”
Seandainya kamu ingin dekat
denganku, maka kamu harus melalui bagian orientasi,
komplikasi, evaluasi, dan resolusi.
Sangat jauh bukan? Aku tertawa
cukup jahat,
Tuan, menyerah sajalah perihal diriku.
Kau mungkin masih ingat, lagu yang
kunyanyikan di acara pensi September lalu.
Kuajak
kau melayang tinggi dan kuhempaskan ke bumi
Kumainkan
sesuka hati,
lalu
kau kutinggal pergi
Dan
aku tertawa melihat kau luka
Kau
terpuruk, di kakiku
Kurang lebih begitulah reff-nya, walau aku sudah lupa judul
lagu itu.
Tahukah? Tokoh laki-laki dalam lagu
itu adalah kamu.
Bagaimana? Apa aku masih saja baik
di matamu? Aku terbahak, seolah menang
telak.
Berhenti mengejar jika tak ingin
terluka, aku ini sudah mati dibunuh oleh perasaanku sendiri.
Kuakhiri sajalah, jika kuteruskan,,,
tulisan ini akan membunuhmu.
Kau boleh menangis dan mengadu padaNYA, katakan bahwa aku menunggu karmaNYA.
Sial, aku benar-benar bejat.
0 komentar:
Posting Komentar