Tatapan beserta diksimu, menyeret dan memenjarakan semua tentangnya
pada secarik kertas yang kemudian kau lipat menjadi pesawat.
Ah kamu, ada-ada saja
Hentikan,
tak ada gunanya. Semua aksara itu hanyalah alibimu
untuk mencuri hatinya.
Dia begitu jauh, tak akan mungkin kamu mampu
menggapainya,
dia indah seperti pelangi. Sedangkan kamu?
Hanya sebongkah kayu yang terlempar di jalanan.
Berhentilah berkilah, karena pelangi yang membentang
itu tak akan pernah membagi imajinya padamu
Menangis?
Cihh, bodoh sekali
Hatimu sakit untuk yang kesekian kalinya, bukan?
bercerminlah lagi, lagi, dan lagi. Lihatlah dirimu..
Seorang pecundang
Gak iso komen nek iki.
BalasHapusCuma masih ada sedikit typo (kesalahan ketik) aja.
Seoarang ya pak her 😅.
HapusIya pak her kalau mentok ya drpd ndak nulis tak bikin puisi aja 🙁...