Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Minggu, 15 Oktober 2017

Mama, Bolehkah Aku Menyerah?

Sumber gambar : https://www.dakwatuna.com/wp-content/uploads/2015/03/kartun-ibu-anak-kerudung-biru-sayap.jpg




Sore tadi langit masih nampak begitu cerah hingga senja temaram dilumat rintik hujan. Damai kurasa sebab rintiknyalah yang menahanku untuk tetap tinggal, bercerita, dan bergurau satu sama lain. Dengan secangkir teh panas dan sepotong kue, kita menghabiskan waktu hingga hujan pamit pergi. Batuk dan lemahnya tubuhmu tak menjadi alasan untuk berhenti membuatku tersenyum.

Kini, semua hanya tinggal kenangan.
Hujan menjadi salah satu momen aku bersamamu,
Mama, aku merindukanmu ...

Sisa teh panas dalam cangkir yang kemarin malam kau seduh, kubiarkan tetap di meja kesayanganmu. 
Aku bergumam, mencari,  dan mengeja setiap detik di kala hujan yang selalu kuhabiskan bersamamu.
Hujan kemarin adalah terakhir kita berjumpa

Senyumku yang dulu mama bilang mirip mentari, kini bersembunyi dalam bayangan siluet. Aku bisa apa? Mamalah yang melangkah pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal, disaksikan rintik hujan yang melumat habis penghujung sore.
“Mama,, bolehkah aku menyerah soal hidup ini?” Ah, mama pasti akan marah jika kuberkata begitu.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...