Sumber gambar : https://d2zqwr0sok29ez.cloudfront.net/series/original/monster-1469_521c92b17735f.jpg
Perlahan
kugoreskan pena merah pada kertas usang yang baru saja kupungut di jalan.
Aku
terkejut, sebab diksi-diksi yang penuh akan ilusi hidupku telah begitu lama
tertidur. Sepertinya, tak lagi mampu menulis.
Raga masih tetap di sini, namun jiwanya telah tersudut dalam gelap dunia. Entah di mana
Kadang
raga bertemu dengannya, di sudut jalan kota Surabaya, dan beberapa kali ia berada
di makam ibunya.
Pernah
sekali, raga berteriak pada jiwanya, “Apa yang terjadi kepadamu?”
Ah
percuma, jiwanya tak akan berkata, dia telah berubah menjadi pecundang. Mematikan
semua rasa, terendam genangan asa yang tak sudah-sudah
Langkahku
kian tak sejalan dengannya, seperti mencari senyawa ion klorida menggunakan
rumus pythagoras. Bodoh sekali
"Jadi
kita, aku (raga) dan kamu (jiwa) memang tak bisa bersatu lagi?" Aku meriak
marah, kecewa, dan tersiksa
Sunyi
terasa mencabik-cabik logika
Tak
bisa berpikir
Jarak
semakin jauh,
seandainya
kau mau, kita bisa saja berjumpa dalam ruang yang disebut nostalgia. Kita bisa
saling mengeja rasa yang dulu pernah ada,
Tapi
kau selalu beralibi, bahwa kau tak cukup baik untuk menempati ragaku
Hentikan!!!!!!!
Hal itu
hanya terdengar sebagai konotasi haram yang terangkai dari tutur lembutmu.
Cihh
0 komentar:
Posting Komentar