Buku-buku itu adalah sesuatu yang mampu membawa pikiran-pikiran ajaibku melayang di atas suara yang mampu menembus waktu.

Sabtu, 28 Oktober 2017

ANALOGI YANG SALAH



Sumber gambar : https://aafuadycom.files.wordpress.com/2017/06/azab.jpg?w=672&h=372&crop=1




Di balkon lantai 4 hotel tempatku menginap akan menjadi saksi perjumpaan yang menghadirkan sebuah titik hitam pada hatinya yang putih. Setitik hitam itu adalah kebencian.  Mungkin ini terdengar omong kosong, tapi akan kubuktikan itu dalam beberapa menit kedepan.
“Kenapa kamu tidak suka membaca, Ren? Bukankah membaca itu dapat menambah wawasan?” tanya Suci kepadaku.
“Aku sudah membaca banyak sekali buku. Kini, membaca jadi kegiatan yang sangat membosankan. Aku tidak menemukan sesuatu yang kucari di buku-buku yang kamu bilang dapat menambah wawasan.” tukasku, sinis.
“Lalu apa maksud dari tidak menemukan sesuatu yang kamu cari?” Ia mengerutkan dahinya, penasaran.
“Tidak ada kebenaran di dunia ini, bagiku. Manusia hanya menyukai kebahagiaan walau itu berasal dari ketidakjujuran. Munafik. Ah, sama, aku juga begitu.” Aku menghela napas, ada rasa malas menjawab pertanyaan itu.
“Apa sih yang kamu maksud?” tukasnya, sebal.
“Tidak ada manusia yang sempurna, kalaupun ada tentu bukan aku. Tidak mungkin manusia itu 100% jahat, dan tidak pula 100% baik. Termasuk aku dan dirimu. Buku-buku itu menghibur, juga menambah wawasan. Membuat yang tidak tahu menjadi tahu, baik perihal dunia maupun akhirat. Sekali lagi kukatakan, bukan itu yang kucari. Butuh sebuah proses dan waktu yang lama jika hanya mengandalkan bacaan-bacaan seperti itu, seperti menangkap angin menggunakan kedua tanganmu. Hah, bodoh.” Aku berhenti bicara sejenak, menyeruput kopi yang sudah tak panas lagi.
“Lalu??” tanyanya seolah masih tak puas dengan jawabanku.
“Aku ingin membaca buku yang paling di cari oleh manusia serakah di dunia ini.”
“Bu ... buku apa itu?” tanyanya, terbata. Aku melihat ada tumpukan rasa penasaran di penjuru bola matanya.
“Dalam eskatologi Islam, ada tangan kanan Tuhan yang tugasnya adalah mencatat amal manusia? Kau tahu? Yah, dialah Raqib dan Atid. Sebelum mati, aku ingin mencuri buku catatan milikNya yang dijaga oleh Raqib dan Atid, membacanya dan menghapus semua catatan merah dibuku itu, diam-diam akan kukembalikan lagi. Mati ... dan masuk surga.” Aku berhenti berkata, mengambil sebatang rokok dan menghisapnya. Kemudian melanjutkan ucapanku karena tak tahan melihat wajah penasaran gadis lugu yang kupacari ini.
“Aku yakin kamu pasti mengira bahwa aku sangat aneh dan serakah juga sangat buruk dalam mengartikan hidup ini. Memang iya. Serakah, telah bercampur dengan pembuluh arteri pulmonalis menuju paru-paru, menjadi sebuah napas yang kuhembuskan, dan meracuni udara. Saat manusia mengirupnya, ia akan terkontaminasi oleh serakah yang kuciptakan.” Aku tertawa begitu keras.
“Kamu bukan manusia!” Suci menamparku tiba-tiba. Tatapannya hampa, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar, berharap apa yang kulakukan ini adalah kalap.
Memilih mengatakan sebuah analogi buruk kepadanya, agar dia membenciku. Alasannya cukup simpel, hanya tak ingin dia terkontaminasi keserakahan yang telah bertahta dalam hatiku.

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Halaman

Aku adalah aku... Bukan kamu juga bukan dia.

BTemplates.com

Seperti Romeo and Juliet

Sumber gambar : google. Com "Kenapa? Bukankah kalau kamu sakit tak akan bisa merawatku?" tanyamu. Badanku terhuyung ke...