Sumber gambar : https://1t4juwita.files.wordpress.com/2015/01/maleficent-2.png
Semilir angin membelai rambut
panjangku, dedaunan melambai dengan riangnya. Di hamparan taman yang ditumbuhi
bunga matahari, aku merebahkan badan, saling bertatapan dengan sang malam
yang sunyi, hitam, namun tak pernah kelam. Bulan pun menengadah nampak seperti
mengapung di angkasa. Begitulah, memang bulan tak akan pernah terpisah dari
sang malam.
Lima menit lagi usiaku genap 20 tahun,
dan ini adalah malam terakhir berada di dunia peri. Begitu banyak aturan yang
berlaku hingga tak mungkin kusebutkan semua. Salah satu diantaranya adalah bagi
peri yang sudah berusia 20 tahun, maka diwajibkan untuk turun ke Bumi. Menemui
manusia yang baik hati dan mengabulkan permintaannya agar ia bahagia.
“Lahir dan terikat takdir,” itulah
kata-kata yang selalu diucap oleh pemilik buku takdir. Kami para peri
menyebutnya, TUAN SUTRADARA. Waktu terasa begitu cepat, belum lama diriku
bercengkrama dengan malam. Matahari telah datang dan mengusirnya.
“Peri Nala, segeralah bersiap karena
tuan Sutradara akan segera tiba dan mengirimmu ke Bumi,” ujar Nabil, asisten
Sutradara.
Mendengar titahnya itu, aku bergegas
menemui Tuan Sutradara, “Saya siap, Tuan.” ucapku, ragu.
“Turunlah ke Bumi, tugasmu adalah
menemui seorang putri dari Negeri Andalus yang bernama Rossie. Bantulah dia
bertemu Pangeran Fransis dari Negeri Younan. Di dalam buku takdir, mereka
adalah sepasang cinta sejati,” titah Tuan Sutradara yang tak pernah
kehilangan ideologi mutlaknya.
“Tapi Tuan, apa yang harus saya lakukan
agar putri bertemu dengan pangeran?” kata-kata bodoh muncul dari bibirku.
“Kamu adalah peri yang cerdas, kamu
pasti tahu bagaimana cara mempertemukan mereka.”
“Bagaimana kalau orang yang disukai
Putri Rossie bukanlah Pangeran Fransis, Tuan?” tanyaku lagi.
“Mereka sudah bertemu 10 tahun yang
lalu, dan Putri Rossie telah jatuh cinta kepada pangeran. Setiap malam Putri
Rossie selalu berdoa agar bisa berjumpa lagi dengan Pangeran Fransis. Hanya
saja itu tak mudah karena Putri Rossie selalu dihalangi oleh ibu tirinya.
Sekarang turunlah ke Bumi, temui Putri Rossie dan bantulah dia
hingga hidup bahagia bersama Pangeran Fransis. Sebelum Putri
Rossie hidup bahagia, kamu tidak akan pernah bisa kembali ke dunia
peri,” terang Tuan Sutradara, panjang lebar.
Sebelum pergi, aku berpamitan kepada
teman-teman. Meminta restu mereka agar semua berjalan dengan lancar.
“Selamat jalan teman-teman.” Kami
saling melambaikan tangan.
***
Hanya butuh waktu beberapa jam saja
untuk sampai ke Bumi, dan hebatnya lagi aku berhenti tepat di depan kerajaan
Putri Rossie. Mataku terbelalak takjub melihat tangan mungilnya sedang
membersihkan jendela kamar ibunda ratu, kulitnya begitu putih, rambut pirang
nan panjang, dan bola mata yang berwarna biru langit. Sungguh cantik. Bahkan
jauh lebih cantik dari bunga matahari yang hidup abadi di taman dunia
peri.
“Hai, Putri Rossie. Perkenalkan namaku Nala,
hamba ada ...”
“Siapa kamu?” Puti Rossie memotong
acara perkenalanku, ia begitu terkejut.
“Hamba adalah seorang peri yang akan
membantu Anda bertemu dengan Pangeran Fransis,” dalihku.
“Jadi, adanya peri itu bukan hanya
sebuah hayalan? Jika kita baik, namun orang lain jahat kepada kita, maka akan
ada peri yang menolong kita. Bukan begitu?” tukasnya.
“Benar. Selain mempertemukan Anda
dengan pangeran, hamba juga akan menyelamatkan Anda dari kejahatan orang-orang
di kerajaan ini.”
“Rosssiiiieeee,” teriak ibunda ratu
dari dalam kamar, garang.
“Peri, pergilah ke kamarku dulu,
bersembunyilah di sana. Aku harus menemui Ibunda Ratu sekarang.”
“Tidak Putri, hamba harus pergi dulu
menemui pangeran dan berbicara padanya. Hamba akan kembali secepatnya,”
sergahku.
***
Aku terbang menggunakan sayap mungilku
menuju Negeri Younan. Hanya terlihat pepohonan lebat di bawah, sama sekali tak
nampak adanya kehidupan. Aku terus terjaga, rasa takut mulai memburu. Begitu
gelap dan dingin.
Tiba-tiba, “Ah, suara apa tadi?” Aku
sangat terkejut. Terdengar suara tembakan yang begitu dekat. Tubuh ini mulai
tak imbang, sayap kiriku berdarah.
Apa yang terjadi? Siapa yang melakukan
ini? Oh tidak, kenapa di bulan September aku selalu saja mengalami kesialan.
Apakah kelahiranku ini juga termasuk kesialan? Tubuh mulai
dibanjiri oleh keringat dingin, pandangan pun samar. Tak mungkin terbang dengan
kondisi seperti ini.
Celaka, aku akan jatuh. Mungkin aku
akan mati di dunia ini. Maafkan aku putri Rossie. Tak hentinya air
mataku mengalir. Rasa takut, rasa sakit karena luka tembak, dan rasa bersalah
pada putri Rossie, semua beradu menjadi satu mengacak-acak ruang dalam hati dan
pikiranku.
***
Mataku perlahan terbuka, sama sekali tak ingat apa yang terjadi sebelumnya,
yang terasa hanya tubuh lemah tak berdaya.
“Kau sudah bangun?” ujar suara yang tak
kukenali.
“Si.. siapa kamu?” tanyaku dalam gagap
dan takut.
“Perkenalkan, namaku Key, seorang
pengelana. Kau tertembak oleh pemburu, untung saja aku menemukanmu lebih dulu
sebelum pemburu-pemburu itu. Siapa kamu? Mengapa kamu memiliki sayap? Kamu
seorang malaikat ataukah hantu?” Laki-laki itu mengambilkan minum untukku.
Kulitnya sangat bersih. Tatapannya begitu dingin, sama sekali tak terasa hawa
jahat. Hidung mancung dan bibir tipisnya sesekali mengalihkan duniaku. Dia,
sungguh tampan.
“Terima kasih, Tuan. Tapi, aku harus
segera pergi. Ada urusan yang tak bisa kutunda.” Aku mengabaikan pertanyaannya
dan mencoba berdiri tapi, tak bisa. Entah apa yang terjadi.
“Dalam kondisi seperti ini kamu tak
akan bisa terbang, dan kamu tak mungkin berjalan sendirian di dalam hutan.
Istirahatlah selama tiga hari di sini. Setelah itu kamu boleh pergi.”
Tawarannya tak bisa kutolak jika melihat kondisi yang seperti ini.
“Makanlah! Maaf karena gubuknya sangat
kecil. Aku tersesat beberapa hari yang lalu jadi kubuat gubuk sederhana untuk
bersembunyi dari binatang buas di malam hari.” Key menyodorkan semangkuk sup
hangat untukku.
“Sebenarnya siapa kamu?” Key
melanjutkan ucapannya.
“Aku adalah seorang peri, aku turun ke
Bumi untuk bertemu seseorang dan membantunya agar dia hidup bahagia. Maaf tak
bisa bercerita lebih dari ini.” Wajah Key tertegun seperti tak percaya bahwa
peri itu benar-benar ada.
***
Langit yang mulai menguning, surya yang
hampir meredup, kicauan burung yang telah parau, kabut yang turun semakin tak
beraturan. Tiga hari telah lewat, hari ini harus segera pergi menemui putri dan
pangeran.
Nampaknya sayapku sudah berfungsi lagi.
Selain putri Rossie dan pangeran Fransis, Key adalah pemuda baik yang kutemui
di dunia manusia. Membicarakan tentangnya, seolah ada melodi yang menggelitik
dalam hati. Kebaikannya saat merawatku, bercerita bersama sepanjang malam.
Bahkan, suara angin yang menderu sama sekali tak mengganggu konsentrasiku
memperhatikan lengkung indah bibirnya. Ah, perasaan apa ini? Rasa sesak yang
tak pernah kurasakan sebelumnya.
Padahal sayap dan tubuh telah mampu
bergerak dengan baik. Tapi apa yang menahan langkahku untuk pergi dari gubuk
ini? Pikiran logis kugunakan untuk mencari jawabannya, namun hanya ada satu
kalimat yang terlintas dalam benak; Key, apakah kita memiliki perasaan
yang sama?
“Apa kau akan pergi?” Key beranjak dari
tempat dia berdiri dan duduk di sampingku.
“Harus Key, karena
aku hidup dan terlahir hanya untuk takdir. Sebuah takdir yang
mengikatku.” Suaraku mulai parau. Mata kami bertatapan satu sama lain. Seolah
tak ingin perpisahan ini terjadi.
“Apa kita bisa berjumpa lagi?” ujar
Key. Binar matanya meluluhkan kerasnya tekadku yang akan meninggalkannya. Entah
apa yang sebenarnya terjadi. Tak tahu perasaan apa ini. Walau bagaimana pun aku
harus pergi meninggalkan Key.
***
Aku tiba di istana pangeran Fransis.
Menghilangkan hawa keberadaan dan diam-diam menyelinap.
“Besok pangeran Fransis akan segera
pulang. Burung pengirim surat baru saja tiba membawa pesan dari beliau,” ujar
salah satu prajurit kepada prajurit yang lain.
Aku sangat senang mendengarnya,
tak sabar rasanya menunggu esok dan segera kuselesaikan semuanya.
***
“Pangeran telah tiba.” Sambut semua
orang di Negeri Younan. Sungguh meriah, sangat berbeda dengan kerajaan Andalus.
Aku sangat yakin putri Rossie akan bahagia jika ia hidup bersama pangeran
Fransis di negeri ini.
Tunggu! Dia, Key? Jadi Key yang kutemui
di hutan adalah pangeran Fransis? Jantungku berdegup begitu keras.
Mengguncang segala nalar yang menjalar dalam logika.
Apa? Kenapa aku menangis? Bukankah
seharusnya aku senang bahwa pangeran Fransis adalah Key? Bukankah dia lebih
dapat dipercaya mampu membahagiakan putri Rossie. Kenapa aku malah
menangis? Kuhapus air mata dan sesegera mungkin kutemui pangeran setelah ia
memasuki ruang pribadinya. “Pangeran Fransis, kah? Maaf karena datang
tiba-tiba. Hamba adalah seorang peri yang membawa takdir bagi Anda. Di Negeri
Andalus ada seorang putri cantik bernama Ros...” Key terkejut dan langsung
memelukku, seakan tak menyangka bahwa kami akan berjuma lagi secepat ini.
“Aku bahagia bisa melihatmu lagi.”
“Tolong hentikan. Hamba belum selesai
bicara. Di Negeri Andalus ada putri cantik nan baik hati bernama Rossi yang
sedang menanti Anda untuk menjemputnya. Di dalam buku takdir kalian adalah
cinta sejati.”
“Jadi kamu datang menemuiku untuk itu?
Apa kamu tak ingin menanyakan dulu bagaimana perasaanku?” tukasnya.
“Anda sudah pernah bertemu dengannya
pangeran, dan Anda akan jatuh cinta setelah bertemu lagi dengannya. Itu yang
dikatakan di buku takdir.” Aku menggigit bibir bawahku, membendung tangis yang
mulai memberontak dalam hati.
“Baiklah aku akan pergi ke Andalusia
menemui putri Rossie, bukan untuk menjadikan ia istri tapi, akan kukatakan
sejujurnya bahwa aku telah jatuh cinta pada perinya.” Key mengambil kuda dan
bergegas pergi. Aku berusaha menahannya tapi, tak bisa.
Langit yang tadinya begitu cerah berubah
menjadi gelap, petir besar menyambar tepat dihadapanku.
“Apa yang sudah kau lakukan, Nala?”Aku
terkejut bukan main, Tuan Sutradara tiba di Bumi. Sepertinya, ia telah
menyadari apa yang terjadi pada kami.
Aku tak mampu lagi menahan isak tangis,
“Tuan, aku mencintainya dan dia mencintaiku. Tak bisakah kami bersatu?”
“Bedebah!!” Tamparan disuguhkan
kepadaku seketika. Tapi tak terasa sakit sedikit pun, takdir ini bahkan lebih
sakit jika dibanding tamparannya.
“Apa kau mau mengubah jalan cerita di
dunia manusia? Mana ada takdir yang mengatakan pangeran akan hidup bahagia
bersama peri yang membantu sang putri. Kau akan kukirim di dunia peri dan akan
kupenjarakan seumur hidup. Aku tidak sudi jalan ceritaku rusak karena perasaan
egoismu,” dalih Tuan Sutradara, garang.
“Tunggu, Tuan. Tolong beri aku sebuah
pilihan. Aku ingin bertemu dengannya.” rintihku sembari tak mampu menahan
gejolak tangis.
“Apa kamu melupakan pasal 11 dalam buku
takdir? Seorang peri tidak diperkenankan jatuh cinta kepada manusia yang telah
memiliki takdir dengan orang lain. Pasal 12, mengatakan seorang peri tidak
boleh merusak jalannya takdir dan pasal 13, apa kau lupa dengan isinya? Baiklah
akan kuberi kamu dua pilihan, kembali ke dunia peri dan menerima hukuman. Atau
menemui pangeran itu? Tapi kamu akan menerima hukuman pada pasal 13.”
“Jika hanya itu pilihannya, saya akan
memilih hukuman pada pasal 13, tetapi izinkan saya bertemu pangeran sekali
lagi.”
Tuan Sutradara mengangguk, “Baik jika
itu pilihanmu. Pergilah!”
***
Secepatnya diriku terbang menyusul
pangeran. Memang takdir tidak akan menyatukan kami, sihir pun tak mampu
mengubah keadaan yang dapat merusak takdir. Pada waktu yang terus berdenting
kusisipkan frasa yang mana ia sedang berduka, kusisipkan getir yang mana ia
selalu berkata, “Aku masih belum menyerah untuk mencintainya.”
Aku hampir sampai, terlihat pangeran
sudah berada di depan putri Rossie. “Pangeran Fransis, Putri Rossie, kumohon
maafkan hamba. Kalian telah ditakdirkan bersama, dan hamba merusaknya. Merusak
jalan cerita yang telah tertulis dan tertata rapi. Namun, hamba tetap tak bisa
membendung perasaan egois ini. Perasaan cinta yang begitu dalam kepada Pangeran
Fransis.” Napasku tak beraturan.
“Jadi, kamu juga mencintaiku?” ujar
pangeran. Bahagia nampak di wajahnya.
“Hamba sangat mencintai Pangeran
Fransis. Senyuman Anda, tatapan, suara, dan debaran yang muncul kala ketika
tangan kita saling bersentuhan. Kumohon berjanjilah, setelah ini Pangeran harus
hidup bahagia bersama Putri Rossie. Manusia dilahirkan memang untuk bahagia.
Sedangkan kami para peri, lahir dan terikat takdir yang mutlak. Tak bisa
diubah.” Aku mengusap air mata, lalu mengecup keningnya. Pangeran menatap
sebagian tubuhku yang telah perlahan berubah menjadi buih. Ia menangis sejadi-jadinya
dan memelukku begitu erat, seolah tahu apa yang akan terjadi. Ya,
inilah isi dari pasal 13 bahwa, seorang peri akan berubah menjadi buih jika ia
berani melanggar aturan di dalam buku takdir.
**
Pada kisah drama di kehidupan
ini, aku tak bisa memakai sihir untuk diri sendiri. Karena segala hal tentang
peri itu terbatas. Napas yang panjang dan denyut jantung ini menghapus segala
keraguanku. Pertemuan denganmu adalah keajaiban. Keajaiban yang datang tepat
pada waktunya. Kepergian hanyalah fase normal dari sebuah pertemuan. Bahagia
dan sedih seolah bertumpah menjadi satu kesatuan dalam rasa ini. Bagaikan malam
dan esok, sampai kapan pun kita tak akan pernah bersatu.
Di dalam batas ruang antara dunia nyata
dan maya, tangisku tak akan terlihat pun tak akan terdengar olehmu. Siang
ataukah malam? Sudah tak dapat lagi kulihat. Untukmu, pangeran yang hanya akan
tinggal dalam kenangan. Berbahagialah!
Pada perasaan cinta yang begitu banyak,
ia tersobek menjadi serpihan kecil. Serpihan itu sangat indah, bagaikan bunga
mawar. Selamat tinggal, Key. Selamat tinggal bulan kelahiran, aku bahagia
terlahir dan berkahir di bulan yang sama; ialah September.
superb, keren
BalasHapusMakasih mbak wid, uda mampir... :D
HapusBergidik membacanya.
BalasHapusIni baru nampol, Is. Jangan takut menelurkan cerpen. Sesekali tinggalkan puisi dan curhatan.
I like it.
makasih banyak pak Her, bisa bikin cerpen kalau jumat mlm aja pak Her. :'(
HapusSuka Banget 😍😍😍 kerenn
BalasHapusmakasih kak MS Wijaya, udah mampir :)
HapusHuwaaa,,, keyeen..
BalasHapusIni based on true story gak mbak? Sampe termenye menye saya
Tidak kak, tidak ada bau-bau true story hehe. Terima kasih sudah mampir kak
Hapusga nyangka key adalah pangeran francis,,
BalasHapusspeechless..
ditunggu cerpen selanjutnya mba..
salam kenal juga, :)
Salam kenal juga mbak...
HapusBaru baca. Suka...
BalasHapusMakasih bang sudah mampir
HapusSuper kak lail.
BalasHapusIni keren banget.. 👍👍
The best 😍😍😙
maksih sudah mampir kak Ren
Hapus